Monday, May 23, 2016

HUKUM MINTA MAAF SEBELUM RAMADHAN

Hukum Minta Maaf Sebelum Ramadhan

Berikut kutipan pertanyaan seputar sebelum Ramadhan tentang bermaafan.
"Saya mau tanya bagaimana derajat hadits di bawah ini, yang biasanya dijadikan dalil untuk berma'afan sebelum puasa Ramadhan...
Ketika Rasullullah sedang berhotbah pada suatu Sholat Jum'at (dalam bulan Sya'ban), beliau mengatakan Aamiin sampai tiga kali, dan para sahabat begitu mendengar Rasullullah mengatakan aamiin, terkejut dan spontan mereka ikut mengatakan aamiin. Tapi para sahabat bingung, kenapa Rasullullah berkata Aamiin sampai tiga kali.
Ketika selesai sholat jum'at, para sahabat bertanya kepada Rasullullah, kemudian beliau menjelaskan: "Ketika aku sedang berhotbah, datanglah Malaikat Jibril dan berbisik, hai Rasullullah amin-kan do'a ku ini," jawab Rasullullah.
Do'a Malaikat Jibril itu adalah sbb: "Ya Allah tolong abaikan puasa ummat Muhammad, apabila sebelum memasuki bulan Ramadhan dia tidak melakukan hal-hal yang berikut:
- Tidak memohon maaf terlebih dahulu kepada kedua orang tuanya (jika masih ada);
- Tidak bermaafan terlebih dahulu antara suami istri;
- Tidak bermaafan terlebih dahulu dengan orang-orang sekitarnya.
Maka Rasulullah pun mengatakan aamiin sebanyak 3 kali.
Berikut Ulasannya
Dari Ramadhan ke Ramadhan masalah ini sering sekali ditanyakan, dan hadits yang ditanyakan, bisa didapatkan dalam kitab Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ditulis oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly dan Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. Namun setelah diperhatikan dengan apa yang ditulis tersebut, ternyata redaksi dan maksudnya jauh berbeda.
Untuk lebih jelasnya, makna hadits tersebut bisa kita simak pada salinan dibawah ini.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu juga, (bahwasanya) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah naik mimbar kemudian berkata : Aamiin, Aamiin, Aamiin" Ditanyakan kepadanya : "Ya Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan Aamiin, Aamiin, Aamiin?"
Beliau bersabda. "Artinya: Sesungguhnya Jibril 'Alaihis salam datang kepadaku, dia berkata : "Barangsiapa yang mendapati bulan Ramadhan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan "Aamiin, Aamiin, Aamiin", maka akupun mengucapkan Aamiin...." [Hadits Riwayat Ibnu Khuzaimah 3/192 dan Ahmad 2/246 dan 254 dan Al-Baihaqi 4/204 dari jalan Abu Hurairah.Hadits ini shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim 4/1978. Dalam bab ini banyak hadits dari beberapa orang sahabat, lihatlah dalam Fadhailu Syahri Ramadhan hal. 25-34 karya Ibnu Syahin].
Disalin dari Sifat Puasa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, hal. 27-28, Pustaka Al-Haura. Yang lebih lengkap lagi dari buku Birrul Walidain oleh Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas, hal. 44-45 terbitan Darul Qalam
"Artinya: Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam naik ke atas mimbar kemudian berkata, " Aamiin, Aamiin, Aamiin ". Para sahabat bertanya. "Kenapa engkau berkata Aamiin, Aamiin, Aamiin, Ya Rasulullah?"
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata : 'Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau namun dia tidak bershalawat kepadamu dan katakanlah aamiin!' maka kukatakan, 'Aamiin', kemudian Jibril berkata lagi, 'Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadhan tetapi keluar dari bulan Ramadhan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah aamiin!', maka aku berkata : 'Aamiin'.
Kemudian Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata lagi. 'Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah aamiin!' maka kukatakan, 'Aamiin". [Hadits Riwayat Bazzar dalama Majma'uz Zawaid 10/1675-166, Hakim 4/153 dishahihkannya dan disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi dari Ka'ab bin Ujrah, diriwayatkan juga oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad no. 644 (Shahih Al-Adabul Mufrad No. 500 dari Jabir bin Abdillah)]
Dengan demikian, hadist diatas tidak ada hubungan dengan keharusan bermaafan sebelum puasa Ramadhan.
Memaafkan merupakan ciri utama orang beriman yang sedang menuju taqwa. Meminta maaf adalah perilaku terbaik seseorang yang pernah bersalah untuk menuju taubatan nasuha.
Anjuran Saling Meminta Maaf dan Memaafkan Secara Umum
Sebenarnya meminta maaf dan memberi maaf kepada orang lain adalah pekerjaan yang sangat dianjurkan dalam agama. Semua ulama sepakat akan hal ini, termasuk yang membid'ahkannya bila dilakukan menjelang Ramadhan atau di hari Raya Fithr.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلينَ
Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”. ~QS 7 - Al-A'raaf : 199~
فَاصْفَحِ الصَّفْحَ الْجَمِيلَ
Maka maafkanlah dengan cara yang baik~QS 15 - Al-Hijr : 85~
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ألاَ تُحِبُّونَ أنْ يَغْفِرَ اللهُ لَكُمْ
Setiap kali mereka hendak ke luar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya, "Rasakanlah azab yang membakar ini" ~QS 24 - An-Nuur: 22~
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنينَ
Orang-orang yang menafkahkan, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan~QS 3 - Ali Imran : 134~
وَلَمَنْ صَبَرَ وَغَفَرَ إنَّ ذَلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الأُمُور
Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan~QS 42 - Asy-Syuura : 43~
Meminta maaf dan memaafkan seseorang dapat dilakukan kapan saja, dan tidak ada tuntunan syari'at harus dikumpulkan dulu dan menunggu sampai menjelang bulan Ramadhan. Akan tetapi mengambil momen suatu waktu untuk bermaafan boleh sekali.. boleh jadi itulah waktu terbaik/tercepat bagi kita sekarang sebelum mati menjemput.
Tentunya dengan tulus ikhlas, tidak hanya sekedar basa-basi, seremonial atau gengsi saja. Marilah gunakan waktu hidup yang pendek ini dengan sebaik-baiknya
Wallahu a'lam bishshawab

Sunday, May 22, 2016

KALAULAH SEMPAT

Kalaulah Sempat

Seorang laki-laki tua duduk di teras rumahnya...... Rumah yang besar, mewah dan megah...  Namun sepi penghuni... Istri sudah meninggal...  Tangan menggigil karena lemah... Penyakit menggerogoti sejak lama... duduk tak enak, berjalan pun tak nyaman... Untunglah seorang kerabat jauh mau tinggal bersama menemani beserta seorang pembantu...
Tiga anak, semuanya sukses... Berpendidikan tinggi sampai ke luar negeri...
» Ada yang sekarang berkarir di luar negeri...
» Ada yang bekerja di perusahaan asing dengan posisi tinggi...
» Dan ada pula yang jadi pengusaha ...
Soal Ekonomi, saya angkat dua jempol, semuanya kaya raya...
Namun, saat tua seperti ini dia 'Merasa Hampa', ada 'Pilu Mendesak' disudut hatinya. Tidur tak nyaman...
Dia berjalan memandangi foto-foto masa lalunya ketika masih perkasa & enegik yang penuh kenangan...
Foto laki-laki gagah dengan keluarganya berlatar belakang Great Wall, Eiffel Tower, Big Ben, Sydney Opera House dan berbagai belahan bumi lainnya yang telah dijelajahinya.. Diabadikan dengan foto dibingkai bagus yang tak mampu lagi dilihat karena 'Pandangannya Sudah Mengabur'.
Di rumahnya yang besar dia merasa kesepian, tiada suara anak, cucu, hanya detak jam dinding yang berbunyi teratur. Punggungnya terasa sakit, sesekali air liurnya keluar dari mulutnya. Dari sudut mata ada air yang menetes.. Rindu dikunjungi anak-anaknya. Tapi semua anaknya sibuk dan tinggal jauh di kota atau negara lain. Ingin pergi ke tempat ibadah namun badan tak mampu berjalan. Sudah terlanjur melemah. Begitu lama waktu ini bergerak, tatapannya hampa, jiwanya kosong, hanya gelisah yang menyeruak. Sepanjang waktu ....  
Laki-laki renta itu, barangkali adalah Saya.... Atau barangkali adalah anda yang membaca tulisan ini suatu saat nanti...... Hanya menunggu sesuatu yg tak pasti... Yang pasti hanyalah KEMATIAN.
Rumah besar tak mampu lagi menyenangkan hatinya...  Anak sukses tak mampu lagi menyejukkan rumah mewahnya yang ber AC... Cucu-cucu yang hanya seperti orang asing bila datang...  Asset-asset produktif yang terus menghasilkan, entah untuk siapa .?
Kira-kira jika malaikat 'datang menjemput', akan seperti apakah kematiannya nanti?
Siapa yang akan memandikan?  Dimana akan dikuburkan?  Sempatkah anak kesayangan dan menjadi kebanggaannya datang mengurus jenazah dan menguburkan? Apa amal yang akan dibawa ke akhirat nanti? Rumah akan ditinggal, asset juga akan di tinggal pula... 
Anak-anak entah apakah akan ingat berdoa untuk kita atau tidak?  
Sedang ibadah mereka sendiri saja belum tentu dikerjakan. Apa lagi jika dulu anak tak sempat dididik sesuai tuntunan agama. Ilmu agama hanya sebagai sisipan saja...
'Kalaulah Sempat' menyumbang yang cukup berarti di tempat ibadah, Rumah   Yatim, Panti Asuhan atau ke tempat2 di Jalan Allah yang lainnya... 
'Kalaulah Sempat' dahulu membeli sayur dan melebihkan uang pada nenek tua yang selalu datang......  
'Kalaulah Sempat' memberikan sandal untuk disumbangkan ke tempat ibadah agar dipakai oleh orang yg memerlukan.....  
'Kalaulah Sempat' membelikan buah buat tetangga, kenalan, kerabat dan handai taulan......  
Kalaulah kita tidak kikir kepada sesama, mungkin itu semua akan menjadi 'Amal Penolong' nya ...... 
Kalaulah dahulu anak disiapkan menjadi 'Orang yang Shaleh', dan 'Ilmu Agama' nya lebih diutamakan....  
Ibadah dan sedekahnya di bimbing / diajarkan dan diperhatikan, maka mungkin senantiasa akan 'Terbangun Malam', 'Meneteskan Air Mata' medoakan orang tuanya. 
Kalaulah sempat membagi ilmu dengan ikhlas pada orang sehingga bermanfaat bagi sesama .... 
"KALAULAH SEMPAT" 
Mengapa kalau sempat ? 
Mengapa itu semua tidak jadi perhatian utama kita?  Sungguh kita tidak adil pada diri sendiri.  Kenapa kita tidak lebih serius 'Menyiapkan Bekal' untuk menghadap-NYA dan 'Mempertanggung Jawabkan' kepadaNya?
Semoga tulisan kecil ini menjadi nasihat bagi kita semua khususnya bagi yang sudah berstatus "SIMATUPANG" (Siang Malam hanya Tunggu Panggilan). Dekatkan diri kepada-NYA sejak usia muda, bersungguhlah mempersiapkan diri menghadapi kematian, dan kehidupan akhirat yang kekal abadi
Jangan terbuai dengan 'Kehidupan Dunia' yang menyesatkan dan  melalaikan....... Kita boleh saja giat berusaha di dunia....tapi jadikan itu untuk bekal kita pada perjalanan panjang dan kekal di akhir hidup kita....
(Yang menulis dan menyebarkan catatan ini semoga dapat pahala)

Saturday, May 21, 2016

MENATA HATI

Menata hati

"Meraih Ridho Allah dan menjadi mulia dunia dan akhirat"
#1. Jika kita memelihara kebencian dendam, maka seluruh waktu dan pikiran yang kita miliki akan habis begitu saja, dan kita tidak akan pernah menjadi orang yang produktif.
#2. Kekurangan orang lain adalah ladang pahala bagi kita dengan cara: memaafkannya, mendoakannya, memperbaikinya dan menjaga aibnya.
#3. Bukan gelar dan jabatan  yang menjadikan orang menjadi mulia, jika kualitas pribadi kita buruk. Semua itu hanyalah topeng tanpa wajah.
#4. Ciri Seorang pemimpin yang baik akan tampak dari kematangan pribadi, buah karya, serta integrasi antara kata dan perbuatannya.
#5. Jika kita belum bisa membagikan harta atau kekayaan, maka  bagikanlah contoh kebaikan, karena hal itu akan menjadi tauladan.
#6. Jangan pernah menyuruh  orang lain untuk berbuat baik, sebelum menyuruh diri sendiri. Awali segala sesuatunya untuk kebaikan dari diri kita sendiri.
#7. Pastikan kita sudah beramal hari ini, baik dengan materi, ilmu, tenaga, atau Minimal dengan senyuman yang tulus.
#8. Para pembohong akan dipenjara oleh kebohongannya sendiri. Orang yang Jujur akan menikmati kemerdekaan dalam hidupnya.
#9. Bila memiliki banyak harta, maka kitalah yang akan menjaga harta. 
Namun jika kita memiliki banyak ilmu, maka ilmulah yang akan menjaga kita.
#10. Bila hati kita bersih, tak ada waktu untuk: berpikir licik, curang, iri atau dengki, sekalipun terhadap orang lain.
#11. Bekerja keras adalah bagian dari fisik. Bekerja cerdas merupakan bagian dari otak,  sedangkan bekerja ikhlas adalah bagian dari hati.
#12. Jadikanlah setiap kritik, bahkan penghinaan yang kita terima sebagai jalan untuk memperbaiki diri.
#13. Kita tidak pernah tahu kapan kematian akan menjemput kita, tapi yang kita tahu adalah seberapa banyak bekal yang kita miliki untuk menghadapinya.
#14. Bila kita belum dapat membahagiakan orang, janganlah menyakitinya dengan perkataan dan perbuatan.
Sahabat dan saudaraku, jangan celakakan diri dan keluargamu dan jangan menjadi penyebab terjerumusnya orang lain ke dalam neraka.
Semoga manfaat.


Friday, May 20, 2016

KUALITAS IMAN KITA

Kualitas Iman Kita

Iman itu seperti kita naik pesawat, Semakin tinggi kita naik ke udara, semakin tinggi iman kita. Maka kita akan melihat dunia ini begitu kecil, karena kita telah benar-benar menyadari bahwa akhiratlah yang paling tinggi kedudukannya lagi kekal.
Orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, ikutilah aku, aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar. Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.~QS 40 -  Ghafir/Al Mu’min : 38-39~
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” ~QS 87 - Al A’laa : 16-17~
Ulama-ulama dahulu mengatakan betapa kecilnya dunia itu bahkan tak ada apa-apanya bila dibanding dengan akhirat.
Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, "Dunia seperti air yang tersisa di jari ketika jari tersebut dicelup di lautan sedangkan akhirat adalah air yang masih tersisa di lautan.” Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 11/232.
Abu Hazim – seorang yang dikenal begitu zuhud - ditanya, “Apa saja hartamu?” Ia pun berkata, “Aku memiliki dua harta berharga yang membuatku tidak khawatir miskin:
[1] Rasa yakin pada Allah dan
[2] Tidak mengharap-harap apa yang ada di sisi manusia.”
“Tidakkah engkau takut miskin?”
Ia memberikan jawaban yang begitu mempesona, “Bagaimana aku takut miskin sedangkan Allah sebagai penolongku adalah pemilik segala apa yang ada di langit dan dibumi, bahkan apa yang ada di bawah gundukan tanah?!”
‘Ali bin Abi Tholib Radhiallahu anhu pun pernah mengatakan, “Siapa yang zuhud terhadap dunia, maka ia akan semakin ringan menghadapi musibah.”
Tentu saja yang dimaksud zuhud di sini adalah tidak mengharap dunia itu tetap ada ketika musibah dunia itu datang. Sekali lagi, sikap semacam ini tentu saja dimiliki oleh orang yang begitu yakin akan janji Allah di balik musibah.
Begitulah gambaran orang-orang beriman, mereka menjadikan dunia hanya sebagai ladang untuk bercocok tanam dan memanenya kelak di Akhirat
Semoga Allah menjadikan kita termasuk dari golongan yang beriman tsb.
Robbana Taqobbal Minna. Ya Allah terimalah dari kami (amalan kami), aamiin
Semoga Bermanfaat.

Thursday, May 19, 2016

TOLONG BAWA AKU KE SYURGA

Tolong Bawa Aku Ke Syurga

Mengunjungi seorang teman yang sedang kritis sakitnya, dia menggenggam erat tangan saya, lalu menarik ke mukanya, dan membisikkan sesuatu..
Dalam airmata berlinang dan ucapan yg terbata-bata dia berkata, "Jika kamu tidak melihat aku di syurga, tolong tanya pada Allah di mana aku, tolonglah aku ketika itu..."
Dia langsung terisak menangis, lalu saya memeluknya dan meletakkan muka saya di bahunya. Sayapun berbisik, "In syaa Allah, in syaa Allah, aku juga mohon kepadamu jika kamu juga tidak terlihat aku di syurga..."
Kami pun menangis bersama, entah berapa lama...
Ketika saya meninggalkan Rumah Sakit, saya terkenang akan pesan beliau...
Sebenarnya pesan itu pernah di sampaikan oleh seorang ulama besar, Ibnu Jauzi, yang berkata kepada sahabatnya sambil menangis :
"Jika kamu tidak menemui aku di syurga bersama kamu, maka tolonglah tanya kepada Allah tentang aku; Wahai Rabb kami, si fulan sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau, maka masukkanlah dia bersama kami di syurga."
Ibnu Jauzi berpesan begini bersandar kepada sebuah hadits :
"Apabila penghuni syurga telah masuk ke dalam syurga lalu mereka tidak menemukan sahabat-sahabat mereka yg selalu bersama mereka dahulu di dunia, maka mereka pun bertanya kepada Allah ; Ya Rabb! kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia bersholat bersama kami, berpuasa bersama kami dan berjuang bersama kami..."
Maka Allah berfirman, " Pergilah ke neraka, lalu keluarkanlah sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman, walau hanya sebesar zarrah".
(Ibnu Mubarak dlm kitab Az Zuhd)
Maka wahai sahabat-sahabatku,
Di dalam bersahabat, pilih lah mereka yg boleh membantu kita bukan ikatan di dunia, tetapi hingga akhirat..
Carilah sahabat-sahabat yang senantiasa berbuat amal sholeh, yang sholat berjamaah, berpuasa dan sentiasa berpesan agar meningkatkan keimanan, serta berjuang untuk menegakkan agama Islam.
Carilah teman yang mengajak ke majlis ilmu, mengajak berbuat kebaikan, bersama untuk kerja kebajikan, serta selalu berpesan dgn kebenaran.
Teman yang dicari kerana urusan niaga, pekerjaan, teman nonton bola, teman memancing, teman bershopping, teman FB utk bercerita hal politik, teman Whatsapp untuk menceritakan hal dunia, akan berpisah pada garis mati dan masing-masing hanya akan membawa diri sendiri.
Tetapi teman yang bertakwa, akan mencari kita untuk bersama ke syurga....
Simaklah diri, apakah ada teman yg seperti ini dalam kehidupan kita, atau yang ada mungkin lebih buruk dari kita...
Ayo berubah sekarang, kurangi waktu dengan teman yang hanya condong pada dunia, carilah teman yg membawa kita bersama ke syurga, karena kita tidak bisa mengharapkan pahala ibadah kita saja untuk masuk syurganya Allah..
Perbanyaklah usaha, semoga satu darinya akan tersangkut, dan membawa kita ke pintu syurga....
Al-Hasan Al-Bashri berkata :
"Perbanyakkanlah sahabat-sahabat mukminmu, karena mereka memiliki syafa'at pada hari kiamat”.
Pejamkan mata, berfikirlah,.. siapa agaknya diantara sahabat-sahabat kita yg akan mencari dan mengajak kita bersama-sama ke syurga..
Jika tidak, mulailah hari ini mencari teman ke syurga sebagai suatu misi peribadi.
Agaknya kepada siapa saja anda boleh menyampaikan pesan ini...
Sahabat-sahabatku, tolong tanyakan Allah jika aku tiada bersamamu di syurga-Nya nantinya.

Sunday, May 15, 2016

13 KATA JANGAN MENUNGGU YANG HARUS DIHINDARI

13 Kata Jangan Menunggu Yang Harus Dihindari
#1. Jangan menunggu bahagia baru tersenyum, tapi tersenyumlah, maka kamu akan bahagia.
#2. Jangan menunggu kaya baru bersedekah, tapi bersedekahlah, maka kamu semakin kaya.
#3. Jangan menunggu termotivasi baru bergerak, tapi bergeraklah, maka kamu akan termotivasi.
#4. Jangan menunggu dipedulikan orang baru kamu peduli, tapi pedulilah dengan orang lain! Maka kamu akan dipedulikan
#5. Jangan menunggu orang memahami kamu, baru kamu memahami dia, tâÞi pahamilah orang itu, maka orang itu paham dengan kamu.
#6. Jangan menunggu terinspirasi baru menulis, tapi menulislah, maka inspirasi akan hadir dalam tulisanmu.
#7. Jangan menunggu proyek baru bekerja, tapi bekerjalah, maka proyek akan menunggumu.
#8. Jangan menunggu dicintai baru mencintai, tapi belajarlah mencintai, maka kamu akan dicintai.
#9. Jangan menunggu banyak uang baru hidup tenang, tapi hiduplah dengan tenang. Percayalah bukan sekadar uang yang datang tapi juga rezeki yang lainnya.
#10. Jangan menunggu contoh baru bergerak mengikuti, tapi bergeraklah, maka kamu akan menjadi contoh yang diikuti.
#11. Jangan menunggu sukses baru bersyukur tapi bersyukurlah, maka bertambah kesuksesanmu.
#12. Jangan menunggu bisa baru melakukan, tapi lakukanlah! Maka kamu pasti bisa! 
#13. Jangan menunggu waktu luang untuk ber-Ibadah.
Tapi luangkan waktu untuk ber-Ibadah.
Dan…  Jangan menunggu lama lagi untuk membagikan tulisan ini kpd semua org yang anda kenal…

Sehingga kita semua tersadar … Aamiiin .

Saturday, May 14, 2016

MENJADI SUAMI TERBAIK

Menjadi Suami Terbaik
Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
خيركم خيركم لأهله وأنا خيركم لأهلي
Sebaik-baik kamu adalah yang terbaik terhadap istrinya, dan aku yang terbaik terhadap istriku.”  (HR. At Tirmidzi No. 3895, dari ‘Aisyah. Imam At Tirmidzi berkata: hasan shahih. Imam Ibnu Majah No. 1977, dari Ibnu Abbas, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 15699, Ibnu Hibban No. 4177. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahihul Jami’ No. 3314)
Sepertinya semua laki-laki ingin menjadi terbaik di mata istri dan keluarganya, terlebih lagi di sisi Allah Subhanahu wa ta’ala tentunya. Tapi kenyataannya, banyak manusia melupakan ini. Mereka begitu berjibaku untuk menjadi terbaik di hadapan atasan, kawan sejawat, tetangga, bahkan terbaik di hadapan istri orang lain. Namun, di hadapan istri dan keluarga sendiri biasa-biasa saja. Perhatiannya hanya harta dan kebutuhan dunia lainnya, dianggapnya itu adalah puncak nafkah seorang suami bagi anak dan istrinya.
Suami terbaik itu, bukanlah yang hanya membelikan rumah, kendaraan, pakaian, uang belanja yang melimpah .. walau semua keluarga membutuhkan itu ..
Suami terbaik itu, bukanlah yang pandai memberikan rayuan dan lalu menaklukannya dalam pelukan..  walau itu juga dia perlukan ..
Suami terbaik itu, bukanlah yang hanya membawa istri dan anak-anak jalan-jalan ke tempat rekreasi bahkan ke luar negeri .. walau mereka juga butuh hiburan ..
Suami terbaik itu adalah yang mampu menjaga istri dan anak-anaknya dari api neraka, .. apa yang bisa dibanggakan dari semua yang diberikan jika ujung kehidupan mereka adalah celaka dan binasa?! (QS 66 - At Tahrim : 6)
Suami terbaik itu adalah yang mengajarkan tauhid kepada anak-anaknya. (QS 31 – Luqman : 13)
Suami terbaik itu adalah yang mengajak istrinya bangun untuk shalat malam. (Hadits shahih riwayat Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, dari jalan Abu Hurairah dan Abu Sa’id Al Khudri)
Suami terbaik itu adalah yang ada cemburu ketika istrinya maksiat, bukan dayyuts, yaitu tidak marah ketika istrinya bersama laki-laki lain, tidak marah ketika istrinya membuka auratnya, malah justru bangga!! (Hadits Imam Ahmad, dari Ibnu Umar, tentang tiga orang yang Allah Subhanahu wa ta’ala haramkan masuk surga, salah satunya Dayyuts)
Suami terbaik itu yang mampu adil ketika dia memiliki lebih dari satu istri. (QS 4 - An Nisaa’ : 3)
Suami terbaik itu yang tidak lupa dengan kebaikan dan kelebihan istri di tengah kekurangannya. (QS 4 - An Nisaa’ : 19)
Suami terbaik itu yang menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebagai panutan dan model untuk menjadi suami yang terbaik. (QS 33 -  Al Ahzab : 21)
Ya Allah, jadikan di grup ini semua laki-lakinya yang terbaik bagi istrinya dan wanitanya terbaik bagi suaminya .. amiin....

Friday, May 13, 2016

AKU MILIK SUAMIKU DAN SUAMIKU MILIK IBUNYA

Aku Milik Suamiku dan Suamiku Milik Ibunya
Ustadzah Okki Setiana Dewi dalam tauziyahnya

“AKU MILIK SUAMIKU DAN  SUAMIKU MILIK IBUNYA”
Ditujukan buat para menantu dan calon menantu,
Seburuk apapun mertua,  aku selalu ingat bahwa dia adalah wanita yang mengandung suamiku dalam kepayahan selama 9 bulan.
Dia adalah wanita yang air susunya menjadi makanan pertama bagi suamiku.
Dia ialah wanita yang mendidik dan membesarkan suamiku, yang mengajarkan kepada suamiku akhlak,  sehingga aku nyaman di sisi suamiku.
Aku tak pernah keluar uang sepeserpun untuk menyekolahkan suamiku hingga ia dapat ijazah, yang sekarang ijazah itu ia gunakan untuk mencari nafkah dalam menafkahiku.
Aku tak sedikit pun mendidik suamiku hingga kini ia menjadi pria yang penuh tanggung jawab dan aku merasakan bahagia menjadi istrinya.
Setelah pengorbanan ibunya yang bertubi-tubi… Anak laki-lakinya menikah denganku dan kini jadi suamiku.
Dia bagi kasih sayang anaknya denganku.
Cemburu? Pasti dia cemburu.
Aku wanita asing, yang kini selalu di-sayang-sayang oleh anak laki-lakinya.
Harta anak laki-lakinya tercurah untuk kunikmati padahal Ia yang 
melahirkan, membesarkan dan mendidik.
Aku memahami cemburu itu walau aku pun merasakan cemburu ketika suamiku lebih memihak mertuaku.
Aku bukan malaikat yang tak pernah jengkel dengan mertuaku dan mertuaku pun bukan malaikat yang selalu kubela..
Adakalanya aku marah, cemburu & sakit hati.
Namun aku ingat semua jasanya pada suamiku..
Jasa yang sampai akhir hayatpun aku tak akan mampu membayarnya..
Pada ujung tangisku.. Terngiang nasihat ibundaku tercinta:
”Nak.. dukunglah suamimu untuk berbakti pada ibunya. Jangan suruh ia memilih antara kau dan ibunya karena kelak kau akan merasakan bagaimana sakitnya diperlakukan seperti itu oleh anak laki-lakimu. Apa yang kau lakukan pada mertuamu akan dilakukan pula oleh menantumu.. Segala sesuatu pasti ada timbal baliknya”.
Dan tangisku makin deras..
“Suamiku, bahagiakanlah orang tuamu semampumu. Semoga kelak anak-anak kita pun membahagiakan kita, sebagai balasan baktimu pada orang tuamu. Mumpung mereka masih hidup. Belum tentu pula mereka masih bisa ngrepotin kita 10 tahun ke depan.  Tidak lama, …tidak lama….tapi balasannya, surga!
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,
“…dan hendaklah kamu bersyukur kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu” (QS. Luqman:14).
Begitu penting berbuat baik dan berterima kasih kepada kedua orang tua kita, sampai Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam bersabda; “Ridha Allah terdapat pada keridhaan orang tua. Dan murka Allah terdapat pada kemurkaan orang tua”  (HR. Turmudzi).
Diriwayatkan bahwa Aisyah Radhiallahu anhu bertanya kepada 
Rasulullah Shallallahu `alaihi Wa Sallam; ”Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita?” 
Rasulullah Shallallahu`alaihi Wa Sallam menjawab, “Suaminya” (apabila sudah menikah). 
Aisyah Radhiallahu anhu bertanya lagi, ”Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki?
Rasulullah menjawab; “Ibunya”  (HR.
Semoga bermanfaat
Silahkan share untuk anak dan menantu

Thursday, May 12, 2016

WANITA SOLEHAH ANTI KORUPSI

Wanita Solehah Anti Korupsi

KAPANKAH SEHELAI RAMBUT WANITA SOLEHAH ANTI KORUPSI BISA LEBIH BERHARGA DARI JUBAH ULAMA???
Suatu hari Imam bin Hanbal dikunjungi seorang wanita yang ingin mengadu.
Ustadz, saya adalah seorang ibu rumah tangga yang sudah lama ditinggal mati suami. Saya ini sangat miskin, sehingga untuk menghidupi anak-anak saya, saya merajut benang di malam hari, sementara siang hari saya gunakan untuk mengurus anak-anak saya dan menyambi sebagai buruh kasar di sela waktu yang ada.
Karena saya tak mampu membeli lampu, maka pekerjaan merajut itu saya lakukan apabila sedang terang bulan.”
Imam Ahmad menyimak dengan serius penuturan ibu tadi. Perasaannya miris mendengar ceritanya yang memprihatinkan.
Dia adalah seorang ulama besar yang kaya raya dan dermawan. Sebenarnya hatinya telah tergerak untuk memberi sedekah kepada wanita itu, namun ia urungkan dahulu karena wanita itu melanjutkan pengaduannya.
“Pada suatu hari, ada rombongan pejabat negara berkemah di depan rumah saya. Mereka menyalakan lampu yang jumlahnya amat banyak sehingga sinarnya terang benderang. Tanpa sepengetahuan mereka, saya segera merajut benang dengan memanfaatkan cahaya lampu-lampu itu.
Tetapi setelah selesai saya sulam, saya bimbang, apakah hasilnya halal atau haram kalau saya jual?
Bolehkah saya makan dari hasil penjualan itu? Sebab, saya melakukan pekerjaan itu dengan diterangi lampu yang minyaknya dibeli dengan uang negara, dan tentu saja itu tidak lain adalah uang rakyat.”
Imam Ahmad terpesona dengan kemuliaan jiwa wanita itu. Ia begitu jujur, di tengah masyarakat yang bobrok akhlaknya dan hanya memikirkan kesenangan sendiri, tanpa peduli halal haram lagi.
Padahal jelas, wanita ini begitu miskin dan papa.
Maka dengan penuh rasa ingin tahu, Imam Ahmad bertanya, “Ibu, sebenarnya engkau ini siapa?”
Dengan suara serak karena penderitaannya yang berkepanjangan, wanita ini mengaku, “Saya ini adik perempuan Basyar Al-Hafi.”
Imam Ahmad makin terkejut. Almarhum Basyar Al-Hafi adalah Gubernur yang terkenal sangat adil dan dihormati rakyatnya semasa hidupnya. Rupanya, jabatannya yang tinggi tidak disalah-gunakannya untuk kepentingan keluarga dan kerabatnya. Sampai-sampai adik kandungnya pun hidup dalam keadaan miskin.
Dengan menghela nafas berat, Imam Ahmad berkata, “Pada masa kini, ketika orang-orang sibuk memupuk kekayaan dengan berbagai cara, bahkan dengan menggerogoti uang negara dan menipu serta membebani rakyat yang sudah miskin, ternyata masih ada wanita terhormat seperti engkau, ibu. Sungguh, sehelai rambutmu yang terurai dari sela-sela jilbabmu jauh lebih mulia dibanding dengan berlapis-lapis serban yang kupakai dan berlembar-lembar jubah yang dikenakan para ulama.
Subhanallah, sungguh mulianya engkau, hasil rajutan itu engkau haramkan? Padahal bagi kami itu tidak apa-apa, sebab yang engkau lakukan itu tidak merugikan keuangan negara…”
Kemudian Imam Ahmad melanjutkan, “Ibu, izinkan aku memberi penghormatan untukmu. Silahkan engkau meminta apa saja dariku, bahkan sebagian besar hartaku, niscaya akan kuberikan kepada wanita semulia engkau…”
Wahai para wanita, jadilah wanita solehah anti korepsi, gerakan anti korupsi sebetulnya bisa dimulai dari gerakan sikap wara (hati hati) dari para wanita, karena dari rahim kita lahir para pemimpin, dari oleh terampil tangan tangan kitalah tercipta makanan yang bukan hanya sehat, dan thoyib tetapi juga halal, baik halal secara zati atau halal secara maknawinya.
Semoga bermanfaat

Wednesday, May 11, 2016

GARA GARA ISTIGHFAR

Gara Gara Istighfar
Imam Ahmad bin Hambal (murid Imam Syafi'i) dikenal juga sebagai Imam Hambali. dimasa akhir hidup beliau bercerita, "Satu waktu (ketika saya sudah usia tua) saya tidak tahu kenapa ingin sekali menuju satu kota di Irak. Padahal tidak ada janji sama orang dan tidak ada hajat.”
Akhirnya Imam Ahmad pergi sendiri menuju ke kota Bashroh. Beliau bercerita "Pas tiba disana waktu Isya', saya ikut shalat berjamaah isya di masjid, hati saya merasa tenang, kemudian saya ingin istirahat".
Begitu selesai shalat dan jamaah bubar, Imam Ahmad ingin tidur di masjid, tiba-tiba Marbot masjid datang menemui Imam Ahmad sambil bertanya "Kenapa syaikh, mau ngapain  disini?". (kata "syaikh" bisa dipakai untuk 3 panggilan, bisa untuk orang tua, orang kaya ataupun orang yang berilmu. Panggilan Syaikh dalam kisah ini panggilan sebagai orang tua, karena taunya sebagai orang tua).
Marbot tidak tahu kalau beliau adalah Imam Ahmad. Dan Imam Ahmad pun tidak memperkenalkan siapa dirinya. Di Irak, semua orang kenal siapa imam Ahmad, seorang ulama besar dan ahli hadits, sejuta hadits dihafalnya, sangat sholeh dan zuhud. Zaman itu tidak ada foto sehingga orang tidak tau wajahnya, cuma namanya sudah terkenal.
Kata Imam Ahmad "Saya ingin istirahat, saya musafir".
Kata marbot, "Tidak boleh, tidak boleh tidur di masjid.
Imam Ahmad bercerita "Saya didorong-dorong oleh orang itu disuruh keluar dari masjid, Setelah keluar masjid, dikunci pintu masjid. Lalu saya ingin tidur di teras masjid."
Ketika sudah berbaring di teras masjid Marbotnya datang lagi, marah-marah kepada Imam Ahmad. "Mau ngapain lagi syaikh?" Kata marbot.
"Mau tidur, saya musafir" kata imam Ahmad.
Lalu marbot berkata, "Di dalam masjid tidak boleh, di teras masjid juga tidak boleh". Imam Ahmad diusir. Imam Ahmad bercerita "Saya didorong-dorong sampai jalanan".
Disamping masjid ada penjual roti (rumah kecil sekaligus untuk membuat dan menjual roti). Penjual roti ini sedang membuat adonan, sambil melihat kejadian Imam Ahmad didorong-dorong oleh marbot tadi. Waktu Imam Ahmad sampai di jalanan, penjual roti itu memanggil dari jauh "mari syaikh, anda boleh nginap di tempat saya, saya punya tempat, meskipun kecil". 
Kata Imam Ahmad "Baik". Imam Ahmad masuk ke rumahnya, duduk dibelakang penjual roti yang sedang membuat roti (dengan tidak memperkenalkan siapa dirinya, hanya bilang sebagai musafir).
Penjual roti ini punya perilaku tersendiri, kalau Imam Ahmad mengajaknya berbicara, dijawabnya. Kalau tidak, dia terus membuat adonan roti sambil melafalkan istighfar, Astaghfirullah, saat menaruh garam astaghfirullah, memecahkan telur astaghfirullah, mencampur gandum astaghfirullah. Senantiasa mendawamkan istighfar. Sebuah kebiasaan mulia. Imam Ahmad memperhatikan terus.
Lalu Iimam Ahmad bertanya "Sudah berapa lama kamu lakukan ini?".
Orang itu menjawab "Sudah lama sekali syaikh, saya menjual roti sudah 30 tahun, jadi semenjak itu saya lakukan". 
Imam Ahmad bertanya "Ma tsamarotu fi'luk?", "Apa hasil dari perbuatanmu ini?"
Orang itu menjawab "(lantaran wasilah istighfar) tidak ada hajat yang saya minta, kecuali pasti dikabulkan Allah. Semua yang saya minta ya Allah...., langsung diterima". (memang Nabi SAW. pernah bersabda "siapa yang menjaga istighfar, maka Allah akan menjadikan jalan keluar baginya dari semua masalah dan Allah akan berikan rizki dari jalan yang tidak disangka-sangkanya).
Lalu orang itu melanjutkan "Semua dikabulkan Allah kecuali satu, masih satu yang belum Allah kasih". 
Imam Ahmad penasaran lantas bertanya "Apa itu?".
Kata orang itu "Saya minta kepada Allah supaya dipertemukan dengan Imam Ahmad”
Seketika itu juga Imam Ahmad bertakbir, "Allahuakbar, Allah telah mendatangkan saya jauh dari Bagdad pergi ke Bashroh dan bahkan sampai didorong-dorong oleh marbot masjid itu sampai ke jalanan karena istighfarmu".. (Penjual roti terperanjat, memuji Allah, ternyata yang didepannya adalah Imam Ahmad)...