Saturday, December 26, 2015

HARGAILAH WAKTU

HARGAILAH WAKTU

Seberapa penting “waktu” menurutmu? Untuk memahami pentingnya waktu, mari kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
Untuk mengetahui nilai waktu satu tahun, tanyakanlah kepada siswa yang gagal ujian akhir.
Untuk mengetahui nilai waktu satu bulan, tanyakanlah kepada ibu yang melahirkan bayi prematur.
Untuk mengetahui nilai waktu satu minggu, tanyakanlah kepada seorang editor majalah mingguan.
Untuk mengetahui nilai waktu satu menit, tanyakanlah kepada seseorang yang baru saja ketinggalan bus, kereta, atau pesawat terbang.
Untuk mengetahui nilai waktu satu detik, tanyakanlah kepada seseorg yang selamat dari kecelakaan.
Waktu itu sangatlah berharga. Waktu adalah sebuah kesempatan atau peluang yang tiba-tiba ada di depan mata tetapi ia bisa dengan sangat cepat meninggalkan kita dan tidak akan pernah datang lagi.
Sekali saja kita menggunakan waktu untuk hal-hal yang sia-sia atau membuangnya percuma, maka sama artinya kita telah mem-buang kesempatan baik. Dan tentunya akan membawa kerugian bagi hidup kita.
Saudaraku, jangan sia-siakan kesempatan untuk berbuat baik, sebab kita akan menyesal di belakang hari nanti.
Allah berfirman yang artinya:
“Demi masa,
sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran
dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran”
~ QS 103 – Al ‘Ashr : 1-3 ~
Semoga renungan singkat ini membawa manfaat
Aamiin ya Rabbal’aalamiin

Friday, December 25, 2015

ANJURAN PUASA MUHARRAM

ANJURAN PUASA MUHARRAM


Bulan mulia, bulan Muharram disebut-sebut di sebagian kalangan dengan bulan Suro dan identik dengan hal-hal seram dan sial sehingga hajatan-hajatan tidak boleh dilaksanakan pada bulan tersebut. Padahal Islam tidak menganggap demikian. Di bulan tersebut adalah kesempatan untuk beramal shalih, terutama puasa, lebih utama lagi jika mendapati hari Asyura (10 Muharram).
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam mendorong kita melakukan puasa pada bulan Muharram sebagaimana sabdanya,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
“Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” [HR. Muslim no. 1163, dari Abu Hurairah]
Imam Nawawi -rahimahullah- menjelaskan, “Hadits ini merupakan penegasan bahwa sebaik-baik bulan untuk berpuasa adalah pada bulan Muharram.” [Syarh Shahih Muslim, 8: 55]
Lalu mengapa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diketahui banyak berpuasa di bulan Sya’ban bukan malah bulan Muharram?
 Ada dua jawaban yang dikemukakan oleh Imam Nawawi.
1.   Mungkin saja Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru mengetahui keutamaan banyak berpuasa di bulan Muharram di akhir hayat hidup beliau.
2.   Boleh jadi pula beliau memiliki udzur ketika berada di bulan Muharram (seperti bersafar atau sakit) sehingga tidak sempat menunaikan banyak puasa pada bulan Muharram. [Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 55]
Ibnu Rajab Al Hambali mengatakan,“Puasa yang paling utama di antara bulan-bulan haram (Dzulqo’dah, Dzulhijah, Muharram, Rajab -pen) adalah puasa di bulan Muharram (syahrullah).” [Lathoif Al Ma’arif, hal. 67]
Sesuai penjelasan Ibnu Rajab, puasa sunnah (tathowwu’) ada dua macam:
1.   Puasa sunnah muthlaq. Sebaik-baik puasa sunnah muthlaq adalah puasa di bulan Muharram.
2.   Puasa sunnah sebelum dan sesudah yang mengiringi puasa wajib di bulan Ramadhan. Contoh puasa ini adalah puasa enam hari di bulan Syawal. [Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 66]
Jadi, penjelasan di atas dapat dipahami bahwa puasa sunnah mutlaq yang paling afdhol adalah puasa Muharram. Sedangkan puasa muqoyyad (yang ada kaitan dengan waktu tertentu atau berkaitan dengan puasa Ramadhan), maka yang lebih afhol adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Puasa Syawal dari sisi ini lebih afhdol dari puasa Muharram. Puasa Syawal tersebut berkaitan dengan puasa Ramadhan. Oleh karenanya puasa tersebut seperti shalat sunnah rawatib yang mengiringi shalat wajib. Puasa Arafah juga bisa lebih baik dari puasa Muharram dari sisi puasa Arafah sebagai sunnah yang rutin.
Di antara sahabat yang gemar melakukan puasa pada bulan-bulan haram (termasuk bulan haram adalah Muharram) yaitu ‘Umar, Aisyah dan Abu Tholhah. Bahkan Ibnu ‘Umar dan Al Hasan Al Bashri gemar melakukan puasa pada setiap bulan haram [Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 71]. Bulan haram adalah bulan Dzulqo’dah, Dzulhijah, Muharram dan Rajab.
Banyak Berpuasa, Tidak Mesti Sebulan Penuh 
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa kaum muslimin dianjurkan memperbanyak puasa pada bulan Muharram. Jika tidak mampu, berpuasalah sesuai kemampuannya. Namun yang lebih tepat adalah tidak berpuasa Muharram sebulan penuh.
‘Aisyah radhiyallahu ‘anhu berkata,

وَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ فِى شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِى شَعْبَانَ

“Aku tidak pernah melihat Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan. Aku tidak pernah melihat beliau banyak puasa dalam sebulan selain pada bulan Sya’ban.” [HR. Muslim no. 1156]
Yang Lebih Afdhol, Puasa Asyura 
Dari sekian hari di bulan Muharram, yang lebih afhol adalah puasa hari ‘Asyura, yaitu pada 10 Muharram.
 Abu Qotadah Al Anshoriy berkata,

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ
“Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” [HR. Muslim no. 1162]
Selisihi Yahudi dengan Menambah Puasa Tasu’a (9 Muharram) 
Namun dalam rangka menyelisihi Yahudi, kita diperintahkan berpuasa pada hari sebelumnya, yaitu berpuasa pada hari kesembilan (tasu’a). Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.
“Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.”
Lantas beliau mengatakan,

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ

“Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.”
Ibnu Abbas mengatakan,

فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

“Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.”
[HR. Muslim no. 1134]
Imam Asy Syafi’i dan ulama Syafi’iyyah, Imam Ahmad, Ishaq dan selainnya mengatakan bahwa dianjurkan (disunnahkan) berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh sekaligus; karena Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam berpuasa pada hari kesepuluh dan berniat (berkeinginan) berpuasa juga pada hari kesembilan. [Lihat Syarh Muslim, 8: 12-13]
Ibnu Rajab mengatakan,”Di antara ulama yang menganjurkan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 Muharram sekaligus adalah Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad, dan Ishaq. Adapun Imam Abu Hanifah menganggap makruh jika seseorang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja.” [Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 99]
Apa Hikmah Menambah Puasa pada Hari Kesembilan? 
Sebagian ulama mengatakan bahwa sebab Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bepuasa pada hari kesepuluh sekaligus kesembilan agar tidak tasyabbuh (menyerupai) orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari kesepuluh saja. Dalam hadits Ibnu Abbas juga terdapat isyarat mengenai hal ini.
Ada juga yang mengatakan bahwa hal ini untuk kehati-hatian, siapa tahu salah dalam penentuan hari ’Asyura’ (tanggal 10 Muharram). Pendapat yang menyatakan bahwa Nabi menambah hari kesembilan agar tidak menyerupai puasa Yahudi adalah pendapat yang lebih kuat. Wallahu a’lam. [Lihat Syarh Muslim, 8: 12-13]
Sebagaimana penjelasan dari Syaikh Ibrahim Ar Ruhaili, kita lebih baik berpuasa dua hari sekaligus yaitu pada tanggal 9 dan 10 Muharram karena dalam melakukan puasa ‘Asyura ada dua tingkatan yaitu:
1.   Tingkatan yang lebih sempurna adalah berpuasa pada 9 dan 10 Muharram sekaligus.
2.   Tingkatan di bawahnya adalah berpuasa pada 10 Muharram saja. [Lihat Tajridul Ittiba’, hal. 128]
 Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz, mufti Kerajaan Saudi Arabia di masa silam berkata, “Yang lebih afdhol adalah berpuasa pada hari kesembilan dan kesepuluh dari bulan Muharram karena mengingat hadits (Ibnu ‘Abbas), “Apabila aku masih diberi kehidupan tahun depan, aku akan berpuasa pada hari kesembilan.” Jika ada yang berpuasa pada hari kesepuluh dan kesebelas atau berpuasa tiga hari sekaligus (9, 10 dan 11) maka itu semua baik. Semua ini dengan maksud untuk menyelisihi Yahudi.” [Lihat Fatwa Syaikh Ibnu Baz di sini]
Semoga Allah memudahkan kita untuk terus beramal sholih.
Semoga Bermanfaat, Allahul musta'aan.

Thursday, December 24, 2015

KETIKA ALLAH MENCIPTAKAN WANITA

KETIKA ALLAH MENCIPTAKAN WANITA

"Ketika Allah menciptakan wanita, malaikat datang dan bertanya,
"Mengapa begitu lama  engkau menciptakan wanita, Ya Alllah ???"         
Allah menjawab:"Sudahkah engkau melihat dengan teliti setiap apa yang telah aku ciptakan untuk wanita?" 
Lihatlah dua tangannya mampu menjaga banyak anak pada saat bersamaan, punya pelukan yang dapat menyembuhkan sakit hati dan kerisauan, dan semua itu hanya dengan dua tangan".
Malaikat menjawab dengan takjub, "Hanya dengan dua tangan? tidak mungkin!"
Allah menjawab,"Tidakkah kau tahu, dia juga mampu menyembuhkan dirinya sendiri dan boleh bekerja 18 jam sehari". 
Malaikat mendekati dan mengamati wanita tersebut dan bertanya,"Ya Allah, kenapa wanita terlihat begitu lelah dan rapuh seolah-olah terlalu banyak beban baginya?"
Allah menjawab,"Itu tidak seperti apa yang kau bayangkan, itu adalah air mata." 
"Untuk apa???", tanya malaikat.
Allah melanjutkan, "Air mata adalah salah satu cara dia menunjukkan kegembiraan, kerisauan, cinta, kesepian, penderitaan, dan kebanggaan, serta wanita ini mempunyai kekuatan mempesona lelaki, ini hanya beberapa kemampuan yang dimiliki oleh wanita.”
Wanita dapat mengatasi beban lebih baik daripada lelaki, dia mampu menyimpan kebahagiaan dan pendapatnya sendiri,
Dia mampu tersenyum ketika hatinya menjerit kesedihan,mampu menyanyi ketika menangis, menangis saat terharu, bahkan tertawa ketika ketakutan.
Dia berkorban demi orang yang dicintainya,
Dia mampu berdiri melawan ketidakadilan,
Dia menangis saat melihat anaknya adalah pemenang, 
Dia gembira dan bersorak saat kawannya tertawa bahagia, 
Dia begitu bahagia mendengar suara kelahiran. 
Dia begitu bersedih mendengar berita kesakitan dan kematian,
Tapi dia mampu mengatasinya. 
Dia tahu bahwa sebuah ciuman dan pelukan dapat menyembuhkan luka.     
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia, namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan."
"Aku memberikan wanita kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya. "
"Aku memberi wanita kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh."
"Aku memberi wanita kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya."
"Aku memberi wanita kekuatan untuk menyokong suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya  untuk melindungi hatinya."
"Aku memberi wanita kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu."
"Dan akhirnya, Aku memberi wanita air mata untuk dititiskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan bilapun ia perlukan."
"Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, bentuk tubuh yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya. 
Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari mata hatinya, kerana itulah pintu hatinya, tempat dimana cinta itu ada."    
"CINTANYA TANPA SYARAT".
Allahu Akbar... kupersembahkan kepada semua  wanita disana dan disini. Istimewanya para Ummi dan keberuntungannya dijadikan sebagai seorang wanita.

Wednesday, December 23, 2015

TAHUKAH ENGKAU TENTANG WANITA?

TAHUKAH ENGKAU TENTANG WANITA?
Ø  Tahukah engkau... bahwa yang pertama kali tinggal di Masjidil Haram adalah Wanita? Itulah ibunda kita 'Siti Hajar' istri Nabi Ibrahim 'Alaihis Salam..
Ø  Tahukah engkau... bahwa yang pertama kali beriman kepada Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam adalah Wanita? Itulah istri beliau 'Siti Khadijah' Radhiyallahu 'Anha...
Ø  Tahukah engkau... bahwa darah yang pertama kali tumpah di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah darah Wanita? Itulah darah 'Syahidah Sumayyah' ibunya Ammar Bin Yasir ...
Ø  Tahukah engkau... bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan Al-Qur'an dan di dalamnya ada Surah bernama Wanita (an-Nisaa’)? Itulah surah ke 4, dan surah terpanjang ke 4 dalam Al-Qur'an, ada 176 ayat setelah Al-Baqarah 286 ayat ; Al-ARaaf 206 ayat dan Ali Imran 200 ayat. Sementara Surah 'Ar-Rijaal' (Laki-Laki) tidak kita temukan didalam 114 Surah.
Ø  Tahukah engkau... bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:  "Aku berwasiat pada kalian agar bersikap baiklah terhadap Wanita? Itulah kalimat yang beliau ulang-ulang hingga 3 kali dalam khutbah perpisahan beliau (wada') sebelum beliau Shalallahu 'Alaihi Wasallam meninggalkan kita semua selamanya...
Ø  Tahukah engkau... bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Siapa yang memiliki 3 Anak Wanita kemudian mendidiknya dan berhasil baik dalam pendidikannya, maka itu akan menjadi pembebas baginya dari Api Neraka"
Sahabat bertanya: "Bagaimana jika hanya 2 Anak Wanita saja wahai Rasulullah?"
Jawab Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam: "2 Anak Wanita pun bisa"
Kata Sahabat lagi: "Bagaimana bila hanya 1 Anak Wanita saja Baginda Rasul?"
Jawab Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam: "1 Anak Wanita pun juga bisa"
Ø  Tahukah engkau... bahwa Surga itu terletak dibawah kaki Ibu (Wanita) "Al-Jannatu Tahtaa aqdaamil Ummahaat: "Surga itu berada di bawah telapak kaki Ibu"
Adakah kemuliaan yang melebihi semua ini bagi Wanita? Katakanlah wahai para wanita: "Alhamdulillahi 'Alaa Ni'matil Islam" (Umar Bin Hafizh)
Jadi... Jika engkau mengatakan bahwa Islam adalah agama yang tidak memuliakan Wanita, maka engkau mengambil sebuah kesimpulan yang 'Salah Besar'.

Semoga bermanfaat

Tuesday, December 22, 2015

DALIL HALAL DAN HARAM TELAH JELAS

DALIL HALAL DAN HARAM TELAH JELAS

Dari Abu Abdillah Nu’man bin Basyir r'a, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
عَنْ أَبِي عَبْدِ اللهِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا أُمُوْرٌ مُشْتَبِهَاتٌ لاَ يَعْلَمُهُنَّ كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدْ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ، كَالرَّاعِي يَرْعىَ حَوْلَ الْحِمَى يُوْشِكُ أَنْ يَرْتَعَ فِيْهِ، أَلاَ وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلاَ وَإِنَّ حِمَى اللهِ مَحَارِمُهُ أَلاَ وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلاَ وَهِيَ الْقَلْبُ
[
رواه البخاري ومسلم]
Terjemahan Hadits :
 “Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas.
Di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang syubhat (samar-samar) yang tidak diketahui oleh orang banyak. Maka siapa yang takut terhadap syubhat berarti dia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya. 
Dan Siapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka akan terjerumus dalam perkara yang diharamkan. Sebagaimana pengembala yang menggembalakan hewan gembalaannya di sekitar (ladang) yang dilarang untuk memasukinya, maka lambat laun dia akan memasukinya. 
Ketahuilah bahwa setiap raja memiliki larangan dan larangan Allah adalah apa yang dia haramkan.
Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik, maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah hati.“ (HR Bukhari dan Muslim)
Kandungan Hadits:
1.   Sikap wara’ (hati-hati) adalah meninggalkan syubhat
2.   Banyak melakukan syubhat akan mengantarkan seseorang kepada perbuatan haram
3.   Menjauhi perbuatan dosa kecil, karena hal tersebut dapat menyeret seseorang kepada perbuatan dosa besar
4.   Memberikan perhatian terhadap masalah hati, karena padanya terdapat kebaikan fisik
5.   Baiknya amal perbuatan anggota badan merupakan pertanda baiknya hati
6.   Pertanda ketaqwaan seseorang adalah jika dia meninggalkan perkara-perkara yang syubhat, karena khawatir akan terjerumus kepada hal-hal yang diharamkan
7.   Menutup pintu terhadap peluang-peluang perbuatan haram, serta haramnya sarana dan cara ke arah sana
8.   Hati-hati dalam masalah agama dan kehormatan, serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan persangkaan buruk

Sumber : j.mp/arbainnawawipdf - Hadits Arba'in An~Nawawi

Monday, December 21, 2015

8 GODAAN SYAITAN SAAT SHALAT

8 GODAAN SYAITAN SAAT SHALAT
Syaitan Akan Melakukan 8 Godaan Ini Ketika Manusia Shalat
Apa saja tanda-tanda gangguan syaitan dalam shalat? Ini dia ulasannya berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam:
#1 - Ragu ketika wudhu
Diriwayatkan oleh Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al Hakim dari Ubay bin Ka’ab bahwa Rasulullah bersabda “Sesungguhnya di dalam wudhu ada syaitan yang dikenal dengan al-Walhan. Karena itu berhati-hatilah kalian dari bisikkan air”. (dalam riwayat Ibnu Majah dan al Hakim dengan lafadz “sesungguhnya dalam wudhu itu ada syaitan yang dinamakan al Walhan karena itu waspadailah dia”)
Ibnul Qayyim rahimahullaah berkata: “Termasuk tipu daya syaitan yang banyak mengganggu mereka adalah was-was dalam bersuci (berwudhu) dan niat atau saat takbiratul ihram dalam shalat”. Was-was itu membuat mereka tersiksa dan tidak tenteram.
Abu Dawud, Tirmidzi, dan an Nasa’I meriwayatkan dari Abdullah bin Mughofal, Rosulullah bersabda “Janganlah kamu kencing di air pemandian karena umumnya bisikan itu berasal dari tempat itu”. (Riwayat Abu Dawud dengan lafadz “Janganlah kamu kencing ditempat pemandian lalu mandi di tempat itu”.). Imam Ahmad menambahkan “Kemudian ia berwudhu, karena sesungguhnya was-was itu pada umumnya berasal dari situ”.
#2 - Salah bacaan
Utsman bin Abil ‘Ash datang kepada Rasulullah dan mengadu: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya syaitan telah hadir dalam shalatku dan membuat bacaanku salah dan rancu”. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Itulah syaitan yang disebut dengan Khinzib. Apabila kamu merasakan kehadirannya, maka meludahlah ke kiri tiga kali dan berlindunglah kepada Allah Subhaanahu wa ta’aala Akupun melakukan hal itu dan Allah Subhaanahu wa ta’aala menghilangkan gangguan itu dariku” (HR. Muslim)?
#3 - Lupa rakaat shalat
Al Bazzar dan at Thabroni mengkisahkan riwayat dari bapak Abi al Malih bahwa ada seseorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah, aku mengadu padamu tentang bisikan, yang menimpa dalam sholatku sehingga aku tidak mengetahui apakah bilangan shalatku genap atau ganjil”. Lalu Rasulullah bersabda “Andaikan kamu mengalami seperti itu angkatlah jemari jempol tangan kananmu lalu tusukkan pada paha kiri kamu dan ucapkan ‘bismillah’, karena itu merupakan pisau syaitan.
Jika salah seorang dari kalian shalat, syaitan akan datang kepadanya untuk menggodanya sampai ia tidak tahu berapa rakaat yang ia telah kerjakan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali (sujud sahwi) saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam” (HR. Bukhari dan Muslim)
#4 – Membuat ragu apakah telah kentut/berhadas
Abdurrozaq dan Ibnu ad Dunya meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ia berkata “Sesungguhnya syaitan berputar kepada salah seorang kamu di dalam shalatnya untuk mengganggu shalatnya dan apabila ia tidak berhasil maka syaitan meniup duburnya hingga ia ragu apakah ia hadas atau tidak. Maka janganlah seseorang kamu berpaling hingga ia mencium bau atau mendengarkan suara”.
Ibnu Mas’ud meriwayatkan ia berkata “Sesungguhnya syaitan-syaitan mengalir pada peredaran darah manusia hingga ia datang pada salah seorang kamu dalam shalatnya maka ia meniup pada duburnya dan ia membasahi saluran kencingnya kemudian ia berkata ‘engkau telah berhadas’. Maka janganlah berpaling salah seorang kamu hingga ia mencium bau atau mendengar suara atau mendapatkan basah”.
#5 - Merasa mengantuk
Ath Thobroni meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud ia berkata “Mengantuk ketika berperang adalah ketentraman dari Allah dan mengantuk ketika sholat adalah dari syaitan”.
#6 - Menguap, Bersin, Muntah, Mimisan
Meriwayatkan oleh Ibnu Syaibah dan ath Thobroni ia berkata “Menguap dan bersin dalam shalat adalah dari syaitan”.
At Tirmidzi dari Dinar ia berkata “Bersabda Rasulullah : bersin, mengantuk, menguap dalam sholat, haid, muntah dan mimisan adalah dari syaitan”.
“Adapun menguap itu datangnya dari syetan, maka hendaklah seseorang mencegahnya (menahannya) selagi bisa. Apabila ia berkata ha… berarti syaitan tertawa dalam mulutnya” (HR Bukhari dan Muslim)
Apabila salah seorang dari kalian bimbang atas apa yang dirasakan di perutnya apakah telah keluar sesuatu darinya atau tidak, maka janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid sampai ia yakin telah mendengar suara (keluarnya angin) atau mencium baunya(HR Muslim).
#7 - Mengingat sesuatu yang tadinya terlupa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda; “Apabila dikumandangkan azan shalat, syaitan akan berlari seraya terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar suara adzan tersebut. Apabila muadzin telah selesai adzan, ia kembali lagi. Dan jika iqamat dikumandangkan, ia berlari. Apabila telah selesai iqamat, dia kembali lagi. Ia akan selalu bersama orang yang shalat seraya berkata kepadanya: “Ingatlah apa yang tadinya tidak kamu ingat!”, sehingga orang tersebut tidak tahu berapa rakaat ia shalat” (HR Bukhari)
#8 - Menoleh kanan kiri ketika shalat
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah radhiyallaah ‘anhaa, ia berkata: “Saya bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hukum menengok ketika shalat”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Itu adalah curian syaitan atas shalat seorang hamba”. (HR Bukhari)
**
Demikianlah tanda-tanda gangguan syaitan ketika kita shalat, semoga kita mengerti bagaimana cara menangkalnya sebagaimana petunjuk Rasulullah shalallaahu alaihi wassalam

Sunday, December 20, 2015

MELAKSANAKAN PERINTAH RASULULLAH SESUAI DENGAN KEMAMPUAN

MELAKSANAKAN PERINTAH RASULULLAH SESUAI DENGAN KEMAMPUAN

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ صَخْرٍ رَضِيَ الله تَعَالَى عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: (مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ؛ فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ).
ٌ[ رواه البُخارِيُّ وَ مُسلِم ]
Terjemahan Hadits :
Dari Abu Hurairah Abdurrahman bin Sakhr r'a, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:  “Apa yang aku larang, hendaklah kalian menghindarinya dan apa yang aku perintahkan, maka hendaklah kalian laksanakan semampu kalian. Sesungguhnya kehancuran orang-orang sebelum kalian, karena banyaknya pertanyaan mereka (yang tidak berguna) dan penentangan mereka terhadap Nabi-nabi mereka” (HR Bukhari dan Muslim)

Kandungan Hadits ;
1.   Wajib mengikuti perintah tentang apa yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
2.   Siapa yang tidak mampu melakukan perbuatan yang diperintahkan secara keseluruhan dan dia hanya mampu sebagian, hendaknya melaksanakan perintah apa yang mampu ia penuhi
3.   Allah tidak akan membebankan kepada seseorang, kecuali yang sesuai dengan kadar kemampuannya
4.   Perkara yang mudah tidak gugur, karena perkara yang sulit.
5.   Menolak keburukan lebih diutamakan untuk mendatangkan kemaslahatan
6.   Larangan untuk saling bertikai dan anjuran untuk bersatu
7.   Wajib mengikuti perintah Rasulullah, taat dan menempuh jalan keselamatan dan kesuksesan
Sumber : j.mp/arbainnawawipdf

MENGIKUTI JEJAK SHALIHIN
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman tentang Nabi Nuh AS dan 
anaknya yang tenggelam
يَا بُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلَا تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ
“Hai anakku, naiklah (ke bahtera) bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang yang kafir.”
Namun si anak menolak ajakan tadi dengan jawaban yang begitu congkaknya,
قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah.”
Kemudian sang ayah menimpali kecongkakan sang anak dengan penuh ketegasan,
قَالَ لَا عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ رَحِمَ
Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari adzab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang.”
Akhirnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menetapkan, 
وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.  ~ QS 11 - Huud : 42-43 ~
Usaha sang anak mencari perlindungan pun ternyata sia-sia belaka.
Saudaraku…
Jika kita renungkan ayat tersebut, kita dapati bahwa mengikuti jejak orang-orang yang beriman, berteman dan bergabung bersama mereka adalah cara yang benar untuk menggapai keselamatan.
Mereka senantiasa mendapat perlindungan dan pertolongan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Bahkan ketika mereka diombang-ambingkan oleh gelombang fitnah, meskipun sarana yang mereka miliki sangat sederhana, seperti kapal kayu di tengah gelombang setinggi gunung.
Sebaliknya, mengikuti jejak orang-orang kafir dan munafik serta bergabung bersama mereka adalah jalan menuju kehancuran.
Marilah kita ikuti jejak orang-orang yang beriman, berteman dan bergabung bersama mereka, sehingga keselamatan akan kita raih dengan izin-Nya.   
[Fahd al-Aiban, dalam “Liyaddabbaruu Aayaatihi” (Hashaad al-Aam Min at-tadabbur ) hal. 105 dengan Gubahan]

Saturday, December 19, 2015

TENTANG LELAH DAN BERKAH

TENTANG LELAH DAN BERKAH
LELAH, TAPI ALLAH SUKA
Meluruskan yang salah dalam agama atau mempertahankan yang benar, kata orang itu melelahkan. Namun Allah menyukainya...
Menuntut ilmu itu lelah. Pergi sana pergi sini; ke sekolah, ke kampus, ke pengajian, belum lagi jika tempat-tempat itu jauh. Namun bila ikhlas Allah akan suka...
Beribadah setiap waktu, berulang setiap hari tanpa henti, agar Allah tak luput dari hati kita, kata orang itu melelahkan. Namun Allah suka itu...
Berdakwah sana sini, mengajak kepada kebaikan, menuntun dan membimbing, tanpa merasa lebih baik dari yang lain, kata orang itu melelahkan. Tapi Allah suka...
Ingat ibumu? Dia mengandung, melahirkan dan mengurusmu. Itu sangat melelahkan. Tapi Allah suka...
Berangka pagi, pulang sore hari, bahkan sampai malam demi mencari nafkah untuk keluarga. Itu sangat melelahkan. Tapi Allah suka...
Suami membeimbing istrinya dan istri mengingatkan suaminya ketika salah. Serta mendidik anak bersama-sama itu memang tidak mudah dan melelahkan. Tapi Allah suka...
Belum lagi yang hidupnya susah. Buat makan susah, cari nafkah susah. Sungguh melelahkan memang. Namun jika pantang berputus asa dari Rahmat Allah, maka Allah akan suka.
BIARLAH LELAH, ASAL DI JALAN ALLAH.


4 CIRI ORANG YANG DIBERKAHI ALLAH
Bismillah. Allah Ta'ala berfirman menceritakan perkataan Nabi 'Isa AS:
وجعلني مباركاً أينما كنت
“Dan Dia (Allah) menjadikanku sebagai orang yang diberkahi di manapun aku berada.”  ~ QS 19 - Maryam : 31 ~
Imam Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah rahimahullah menerangkan bahwa orang yang diberkahi Allah Ta'ala ialah siapa saja yang memiliki sifat dan kriteria berikut ini:
1.   Mengajarkan kebaikan
2.   Menyeru kepada Allah
3.   Mengingatkan tentang Allah
4.   Memotivasi agar senantiasa berbuat ketaatan kepada Allah
Maka, barangsiapa yang tidak ada pada dirinya 4 sifat dan kriteria tersebut, berarti ia bukanlah termasuk orang yang diberkahi Allah. 
Dan Allah Ta'ala telah menghilangkan keberkahan dari perjumpaan dan perkumpulannya, serta dari orang yang berjumpa dan berkumpul (berduduk-duduk) dengannya.
Hilangnya keberkahan ini disebabkan orang yang tidak diberkahi Allah tersebut, akan menyia-nyiakan waktu (umur) dan merusak hati kita. 
(Sumber: Risalatu Ibnil Qoyyim ilaa Ahadi Ikhwaanihi, hal.3)
Demikian Faedah Ilmiyah dan Mau'izhoh Hasanah yang dapat kami sampaikan pagi hari ini.
Semoga Allah Ta'ala menjadikan kita semua sebagai hamba-hambaNya yang selalu diberkahi Allah kapan dan di mana pun kita berada, hingga akhir hayat... Aamiin Ya Rabbal’aalamiin.

Semoga bermanfaat. Wasallam, Muh Wasitho Abu Fawaz