Monday, November 30, 2015

TANYA JAWAB TENTANG AL-QUR’AN

TANYA JAWAB TENTANG AL-QUR’AN

Tahukah anda? Al-Quran itu ada:

S : Berapa jumlah Surah dalam al-Quran?
J : 114 Surah

S : Berapa jumlah Juz dalam al-Quran?
J : 30 Juz

S : Berapa jumlah Hizb dalam al-Quran?
J : 60 Hizb

S : Berapa jumlah Ayat dalam al-Quran?
J : 6236 Ayat

S : Berapa jumlah kata dalam al-Quran?, dan berapa jumlah hurufnya?
J : 77437 Kata, atau 77439 kata dan 320670 huruf

S : Siapa Malaikat yang disebut dalam al-Quran?,
J : Jibril, Mikail, Malik, Malakulmaut, Harut, Marut, Al-Hafazoh, Al Kiromulkatibun Hamalatul Arsy, dll.

S : Berapa jumlah Sajdah (ayat Sujud) dalam al-Quran?
J : 14 Sajdah

S : Berapa jumlah para Nabi yang disebut dalam Al-Quran?
J : 25 Nabi

S : Berapa jumlah Surah Madaniyah dalam al-Quran?, sebutkan.
J : 28 Surah, al-Baqoroh, al-Imron, al-Nisa" al-Maidah, al-Anfal, al-Tawbah, al-Ra'd, al-Haj, al-Nur, al-Ahzab, Muhammad, al-Fath, al-Hujurat, al-Rahman, al-Hadid, al-Mujadilah, al-Hasyr, al-Mumtahanah, al-Shaf, al-Jum'ah, al-Munafiqun, al-Taghabun, al-Thalaq, al-Tahrim, al-Insan, al-Bayinah, al-Zalzalah, al-Nashr.

S : Berapa jumlah Surah Makiyah dalam al-Quran? sebutkan.
J : 86 Surat, selain surah tersebut di atas.

S : Berapa jumlah Surah yang dimulai dengan huruf dalam al-Quran?
J : 29 Surah.

S : Apakah yang dimaksud dengan Surah Makiyyah?, sebutkan 10 saja.
J : Surah Makiyyah adalah Surah yang diturunkan di Makkah sebelum Hijrah, seperti: al-An'am, al-Araf, al-Shaffat, al-Isra', al-Naml, al-Waqi'ah, al-Haqqah, al-Jin, al-Muzammil, al-Falaq.

S : Apakah yang dimaksud dengan Surah Madaniyyah? sebutkan lima saja?
J : Surah Madaniyah adalah Surah yang diturunkan di Madinah setelah Hijrah, seperti: al-Baqarah, al-Imran, al-Anfal, al-Tawbah, al-Haj.

S : Siapakah nama para Nabi yang disebut dalam Al-Quran?
J : Adam, Nuh, Ibrahim, Isma'il, Ishaq, Ya'qub, Musa, Isa, Ayub, Yunus, Harun, Dawud, Sulaiman, Yusuf, Zakaria, Yahya, Ilyas, Alyasa', Luth, Hud, Saleh, ZulKifli, Syuaib, Idris, Muhammad Saw.

S : Siapakah satu-satunya nama wanita yang disebut namanya dalam al-Quran?
J : Maryam binti Imran.

S : Siapakah satu-satunya nama Sahabat yang disebut namanya dalam al-Quran?
J : Zaid bin Haritsah. Rujuk dalam surah Al Ahzab ayat 37.

S : Apakah nama Surah yang tanpa Basmalah?
J : Surah at-Tawbah.

S : Apakah nama Surah yang memiliki dua Basmalah?
J : Surah al-Naml

S : Apakah nama Surah yang bernilai seperempat al-Quran?
J : Surah al-Kafirun.

S : Apakah nama Surah yang bernilai sepertiga al-Quran?
J : Surah al-Ikhlas

S : Apakah nama Surah yang menyelamatkan dari siksa Qubur?
J : Surah al-Mulk

S : Apakah nama Surah yang apabila dibaca pada hari Jum'at akan
menerangi sepanjang pekan?
J : Surah al-Khafi

S : Apakah ayat yang paling Agung dan dalam Surah apa?
J : Ayat Kursi, dalam Surah al-Baqarah ayat No.255

S : Apakah nama Surah yang paling Agung dan berapa jumlah ayatnya?
J : Surah al-Fatihah, tujuh ayat.

S : Apakah ayat yang paling bijak dan dalam surah apa?
J : Firman Allah Subhanahu wa ta‘ala :"Barang siapa yang melakukan kebaikan sebesar biji sawi ia akan lihat, Barang siapa melakukan kejahatan sebesar biji sawi ia akan lihat.. (Surah al-Zalzalah ayat 7-8)

S : Apakah nama Surah yang ada dua sajdahnya?
J : Surah al-Haj ayat 18 dan ayat 77.

S : Pada kata apakah pertengahan al-Quran itu di Surah apa? ayat no Berapa?
J : وليتلطف Surah al-Kahfi ayat No. 19.

S : Ayat apakah bila dibaca setiap habis Sholat Fardhu dapat mengantarkannya masuk ke dalam surga?
J : Ayat Kursi.

S : Ayat apakah yang diulang-ulang sebanyak 31 kali dalam satu Surah dan di Surah apa?
J : Ayat فبأي آلاء ربكما تكذبانِ  pada Surah al-Rahman.

S : Ayat apakah yang diulang-ulang sbyk 10 kali dalam satu Surah dan di surah apa? Apakah ayat ini ada juga disebut dalam surah lainnya? Di Surah apa?
J : Ayat (ويل يومئذ للمكذبين) pada Surah al-Mursalat, juga ada dalam Surah al Muthaffifiin ayat No. 10.

S : Apakah ayat terpanjang dalam al-Quran? pada Surah apa? Ayat berapa?
J : Ayat No 282 Surah al-Baqarah...


Silakan "Share" agar ilmu ini bermanfaat.

SETIAP KEBAIKAN ADALAH IBADAH

SETIAP KEBAIKAN ADALAH IBADAH
بسم الله الرحمن الرحيم
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kita masuk ke hadits berikutnya masih dalam bab "Al-Birr wa Ash-Shilah".
وَعَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ: قاَلَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : "كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ." أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ.
Dari Jabir radhiyallāhu Ta'āla 'anhu, dia berkata: Rasūlullāh Shallallāhu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Seluruh perbuatan baik merupakan shadaqah." (HR Imām Al-Bukhari)
Yang dimaksud sabda Nabi:
Ma'rūf (مَعْرُوْفٍ) adalah lawan dari munkar. Munkar, kita tahu perbuatan munkar dan ma'ruf adalah perbuatan kebaikan.
Kullu ma'rūfin (كُلُّ مَعْرُوْف), kullu adalah lafazh yang menunjukkan keumuman. Yang kalau kita artikan dalam bahasa kita SELURUH perbuatan baik merupakan sedekah.
Hadits ini menjelaskan bahwasanya sedekah di mata syari'at bukan hanya terbatas pada harta, tetapi seluruh perbuatan baik (segala perbuatan kebaikan) juga merupakan sedekah.
Kebaikan apapun juga, entah kebaikan yang berkaitan dengan diri sendiri maupun kebaikan yang berkaitan dengan orang lain, pokoknya yang namanya kebaikan merupakan sedekah.
Dan telah datang dalam hadits-hadits yang lain, dimana Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwasanya seluruh kebaikan secara rinci juga merupakan sedekah.
Dalam hadits, Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa sallam mengatakan:
وَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ، وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ، وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ
"Setiap Tasbih merupakan sedekah. Setiap Tahmid (mengucapan alhamdulillāh) juga merupakan sedekah. Setiap bertahlil (mengucapkan lā ilāha illa Allāh) merupakan sedekah. Dan setiap takbir (mengucapkan Allāhu akbar) maka dia juga bersedekah. Dan menyeru oranglain untuk melakukan kebaikan juga sedekah. Dan juga mencegah oranglain (nahyi munkar) dari perbuatan kemungkaran juga dia bersedekah."
Kalau tadi Tashbih, Tahlil, Tahmid adalah bersedekah, ini berkaitan dengan diri hamba; dia memuji Allāh, mengagungkan Allāh maka dia bersedekah kepada dirinya sendiri.
Sekarang yang berkaitan dengan oranglain, seperti amr bin ma'ruf adalah sedekah. Menyuruh oranglain untuk melakukan kebaikan berarti dia sedang bersedekah.
Bahkan dalam perkara yang kita anggap perkara duniawi, kata Nabi Shallallāhu 'Alaihi wa Sallam:
وَفِـيْ بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ
"Engkau menggauli istrimu engkau telah bersedekah." (HR Muslim)
Menyenangkan hati istri, berhubungan dengan istri ini dinilai sedekah menurut kacamata syari'at.
تَعْدِلُ بَيْنَ اثْنَيْنِ صَدَقَةٌ
Demikian juga jika ada 2 orang datang kemudian menjadikan engkau sebagai hakim (pengambil keputusan) jika engkau berbuat adil kepada keduanya maka berarti engkau telah bersedekah.
وَتُعِينُالرَّجُلَ فِي دَابَّتِهِ فَتَحْمِلُهُ عَلَيْهَا أَوْ تَرْفَعُ لَهُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ
Demikian juga jika engkau membantu seseorang lalu engkau mengangkatkan barangnya di atas tunggangannya ini juga merupakan sedekah.
(HR Bukhari no. 2989 dan Muslim no. 1009)
Lihat di sini, sedekah tidak mesti dengan uang/harta.
Kita membantu oranglain, sedekah dengan tenaga, mengangkatkan barangnya, meletakkan diatas tunggangannya atau bisa meletakkan diatas mobilnya, kita bantu angkat barang, ini juga merupakan sedekah, kata Nabi Shallallāhu 'Alaihi wa Sallam.
Kemudian juga Rasūlullāh shallallāhu 'alaihi wa sallam mengatakan dalam hadits yang lain:
وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
"Dan berkata-kata yang baik merupakan sedekah." (HR Al-Bukhari no. 2707 dan Muslim no. 2332)
Seseorang menahan dirinya dari perkataan buruk kemudian berusaha berbicara dengan perkataan yang baik, berarti dia telah bersedekah.
Apakah dia berkata dengan saudaranya, orangtuanya, istrinya, berusaha dia memilih kata-kata yang baik.
Tatkala dia berusaha memilih kata-kata yang baik sesungguhnya dia sedang bersedekah.
Ini dalil menunjukkan bahwasanya seluruh bentuk kebaikan merupakan sedekah.
Oleh karenanya, ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta'āla,
Ini menjelaskan bahwasanya sedekah tidak terbatas dengan harta saja tetapi dengan segala kebaikan juga merupakan sedekah.
Hal ini menunjukkan sedekah tidak hanya bisa dilakukan oleh orang-orang kaya, orang-orang miskin yang tidak punya harta juga bisa bershadaqah.
Namun Allāh membuka cara sedekah dengan cara yang lain, tidak mesti dengan harta.
Dan sebagian ulama mengatakan bahwasanya ini di antara hikmahNya Allāh Subhānahu wa Ta'āla menjadikan ibadah itu bermacam-macam.
Dan ini merupakan ujian bagi hamba. Sebagaimana yang kita katakan di awal pengajian, para hamba berusaha untuk memasuki sebanyak-banyaknya pintu-pintu kebaikan.
Dan juga diantaranya hikmah bahwasanya dibuat banyak pintu-pintu kebaikan artinya Allāh memberi kemudahan bagi siapa saja, setiap orang bisa bersedekah dan berbuat baik.
• Ada yang bisa berbuat baik dengan hartanya, silakan bersedekah dengan hartanya.
• Ada yang bisa bersedekah dengan tenaganya, maka silakan dia bersedekah dengan tenaganya.
• Ada yang bisa bersedekah dengan pikirannya, maka dia membantu kaum muslimin dengan pikirannya.
• Ada yang bersedekah dengan senyumannya, maka silakan dia senyum kepada saudaranya.
• Ada yang bersedekah dengan kata-kata yang baik, maka silakan dia berkata-kata yang baik dengan saudaranya.
• Ada yang bersedekah dirumah, dia bertasbih, dzikir, bertakbir, maka dia juga bisa bersedekah.
Oleh karenanya, pintu-pintu sedekah dan pintu-pintu kebaikan banyak, maka semakin banyak kita bisa masuk pintu-pintu kebaikan tersebut dan ini yang terbaik.
Dan kalau kita tidak bisa masuk ke pintu-pintu kebaikan maka kita masuk (ke) yang dimudahkan Allāh Subhānahu wa Ta'āla.
Demikian.
والله تعالى أعلم بالصواب

Kitābul Jāmi' | Bab Al-Birru (Kebaikan) Wa Ash-Shilah (Silaturahim) 
 Hadits ke-9 | Setiap Kebaikan Adalah Sedekah | Download Audio
https://www.dropbox.com/s/kuusfnj6n29v30p/H17%20Hadits%20ke9%20Setiap%20Kebaikan%20Adalah%20Sedekah.mp3?dl=0

Sunday, November 29, 2015

MENGAJARI ANAK SHALAT

MENGAJARI ANAK SHALAT
Inilah Cara Ampuh Membuat Anak Shalat TANPA Debat, Keringat, Urat dan Pengingat

Tentunya bagi anda sebagai orang tua ingin memiliki anak-anak yang taat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan ibadah yang paling utama adalah shalat!
Bagaimana membuat anak-anak anda taat akan ibadah yang agung ini? Bagaimana membuat anak-anak kita shalat dengan kesadaran mereka sendiri tanpa diperintah, tanpa berdebat dahulu dan disiplin mendirikannya tanpa perlu diingatkan?
Apakah anak-anak anda enggan dan malas untuk shalat? Atau bahkan mereka membuat jengkel saat mengingatkan untuk shalat? Mari kita lihat bagaimana kita bisa mengubahnya.
Ini adalah pengalaman seorang wanita yang memiliki anak perempuan yang sudah duduk di bangku kelas 5 SD. Baiklah inilah cerita darinya dengan bahasa yang telah disesuaikan.
Shalat bagi anakku sepertinya hal yg sangat berat, sampai-sampai suatu hari aku berkata kepadanya: "Bangun!! Shalat!!", dan aku mengawasinya dari jauh.
Aku melihatnya mengambil sajadah, kemudian melemparkannya ke lantai. Kemudian ia mendatangiku.
Aku bertanya kepadanya: "Apakah kamu sudah shalat?"
Ia menjawab: " Sudah "?
Kemudian aku marah dengan sangat keras, karena ia berbohong tentang itu. Aku tahu aku salah, tetapi kondisinya memang benar-benar membuatku sedih.
Air mataku tak terbendung disitu...
Aku benar-benar emosi dan marah pada putriku, aku gertak dengan keras dan aku menakutinya dengan siksa neraka.
Tapi apa yang terjadi...ternyata semua ocehanku itu seperti tidak didengar dan tidak bermanfaat sekali.
Hingga suatu hari, seorang sahabatku bercerita ketika ia berkunjung kerumah seorang kerabat dekatnya (seorang yg biasa-biasa saja dari segi agama) , tapi ketika datang waktu shalat, semua anak-anaknya langsung bersegera melaksanakan sholat tanpa diperintah dan atas kesadaran sendiri.
Aku berkata padanya "Bagaimana anak-anakmu bisa shalat dengan kesadaran mereka tanpa berdebat dan tanpa perlu diingatkan dengan keras tanpa perlu kita marah-marah?"
Ia menjawab: "Demi Allah, aku hanya ingin mengatakan padamu bahwa sejak jauh sebelum aku menikah aku selalu memanjatkan DOA ini, dan sampai saat ini pun aku selaku berdoa dengan DOA tersebut.
Setelah aku mendengarkan nasehatnya, aku selalu tanpa henti berdoa dengan doa ini.
Dalam sujudku...
Saat sebelum salam...
Ketika witir...
Dan disetiap waktu-waktu yang mustajab...
Wahai saudara-saudaraku... Anakku saat ini telah duduk dibangku SMA.
Sejak aku memulai berdoa dengan doa itu sampai saat ini, anakkulah yg rajin membangunkan kami dan mengingatkan kami untuk shalat.
Dan adik-adiknya, Alhamdulillah...mereka semua selalu menjaga shalat.
Saat ibuku berkunjung dan menginap dirumah kami, ia tercengang melihat anak perempuanku bangun pagi, kemudian membangunkan kami satu persatu untuk shalat.
Aku tahu Anda semua penasaran ingin mengetahui doa apakah itu?
Doa ini ada di QS 14 – Ibrahim : 40
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَا
"Robbi 'alnii muqiimash sholaati wa min dzurriyyatii robbanaa wa taqobbal du'aa"
Artinya :
"Ya Rabbku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Rabb, perkenankanlah doaku." (QS 14 – Ibrahim : 40)
Doa...Doa...dan Doa...
Sebagaimana Anda semua tahu bahwa doa adalah senjata seorang mukmin.
Bagikan tulisan ini dengan menekan tombol share ke sosial media kamu agar lebih banyak orang yg mengambil manfaat.
"Semoga Allah merahmati orang yang mengamalkan doa tersebut.

Aamiin ya Rabbal’aalamiin

PELAJARAN DARI AL-QALAM

PELAJARAN DARI AL-QALAM
Surat ke 68 dalam Al-Quran adalah surat AL-QALAM. Surat ini terdiri dari 52 ayat. Banyak sekali mutiara yang Allah tebar dalam surat ini. Mutiara yang apabila kita mengambilnya akan membuat hidup kita indah dan berkilau.
Salah satu diantara mutiara tersebut Allah simpan dalam surat ini, berupa ujian, yang dikemas dengan sangat indah dalam 17 ayat singkat, dari ayat 17 sampai dengan ayat 33,  untuk jadi mau'izhah (nasehat) bagi orang yang beriman.
Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (orang-orang yang angkuh dan sombong) sebagaimana Kami menguji pemilik kebun ketika mereka bersumpah bahwa mereka benar-benar akan memetiknya di pagi hari. – QS 68 – Al Qalam ayat 17.
Mereka tidak mengatakan “in syaa Allah”. – QS 68 – Al Qalam ayat 18.
Lalu kebun itu diliputi malapetaka (yang datang) dari Tuhanmu, ketika mereka dalam sedang tidurQS 68 – Al Qalam ayat 19.
Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita – QS 68 – Al Qalam ayat 20.
Pelajaran pertama dari empat ayat diatas adalah, Jangan pernah memastikan sesuatu yang akan datang. Karena bukan kapasitas kita untuk memastikan sesuatu. Allah berfirman:
(وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ)
Dan tidaklah kalian menghendaki melainkan apa yang Allah kehendaki, sebagai Rabb semesta alam.” [QS 81 - At-Takwiir : 29]
Akibat dari kesalahan tersebut Allah musnahkan kebun mereka, disaat mereka semua sedang tidur (lalai dan lengah).
Ditimpa bencana atau dimusnahkan hasil pertanian mereka oleh Allah adalah buah dari dosa dan kesalahan mereka yang memastikan akan panen. Seakan mereka yang berkuasa atas segalanya.
Mencari korelasi antara tidak mengucapkan In Syaa Allah, dengan hangus atau hancurnya kebun tentu bukan soal yang mudah. Atau bahkan barangkali hanya sedikit orang yang mau mencari hubungan antara keduanya. Kenyataannya banyak yang mencari akar masalahnya hanya dalam lingkaran kausalitas atau sebab akibat dan logika semata. Tidak demikian, tidak semuanya harus dilihat dari sudut itu.
Dalam surat 71 Nuh ayat 10 - 12 Allah memperlihatkan hubungan antara permohonan ampunan dengan turunnya hujan sebagai balasan permohonan ampun tersebut.
Peristiwa seperti ini untuk memperlihatkan bahwa Allah maha kuasa,
Kata sedangkan mereka dalam keadaan tidur. Allah Seakan berpesan kepada kita bahwa betapapun kuatnya seseorang, bisakah mereka melawan rasa kantuk sehingga mereka bisa mengawasi harta miliknya terus-menerus.
Kebun yang siap panen. Dalam konteks lebih luas bisa kita kembangkan menjadi bisnis yang lagi booming. Keuntungan besar sudah didepan mata. Namun kalau Allah berkehendak semua bisa sirna.
Hancurnya kebun, Karena kesalahan pemiliknya. Ia bukan hukuman melainkan Allah sebutkan dalam ayat 17 sebagai بلونا Kami menguji. Allah menguji seseorang agar yang bersangkutan.kembali kepada kebenaran. Allah berfirman:
Dan Kami uji mereka dengan kebaikan dan keburukan agar mereka kembali.” ~ QS 7 - Al-A'raaf : 168 ~
Ayat-ayat selanjutnya dalam Surat Al Qalam:
 (فَتَنَادَوْا مُصْبِحِينَ *
Maka mereka panggil memanggil di pagi hari ~ QS 68 – Al Qalam ayat 21 ~
أَنِ اغْدُوا عَلَىٰ حَرْثِكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَارِمِينَ * 
Pergilah di waktu pagi ke kebun kalian jika kalian hendak memetik buahnya ~ QS 68 – Al Qalam ayat 22 ~
فَانْطَلَقُوا وَهُمْ يَتَخَافَتُونَ *
Maka pergilah mereka berbisik-bisikan ~ QS 68 – Al Qalam ayat 23 ~
أَنْ لَا يَدْخُلَنَّهَا الْيَوْمَ عَلَيْكُمْ مِسْكِينٌ *
“Pada hari ini janganlah ada seorang miskinpun masuk ke dalam kebunmu~ QS 68 – Al Qalam ayat 24 ~
وَغَدَوْا عَلَىٰ حَرْدٍ قَادِرِينَ * 
Dan berangkatlah mereka di pagi hari dengan niat menghalangi (orang-orang miskin) padahal mereka mampu (menolongnya) ~ QS 68 – Al Qalam ayat 25 ~
فَلَمَّا رَأَوْهَا قَالُوا إِنَّا لَضَالُّونَ * 
Ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata: “Sesungguhnya kita benar-benar orang-orang yang sesat (jalan) ~ QS 68 – Al Qalam ayat 25 ~
بَلْ نَحْنُ مَحْرُومُونَ * 
Bahkan kita dihalangi (dari memperoleh hasilnya) ~ QS 68 – Al Qalam ayat 27 ~
PELAJARAN
Dengan keyakinan yang kuat para pemilik kebun rela berpagi-pagi dan saling menyeru sesama mereka.
Berangkat menuju kebun-kebun mereka untuk memetik hasilnya. Merekapun berangkat sambil berbisik-bisik. Itu semua mereka lakukan agar keberangkatan mereka tidak diketahui oleh orang-orang miskin. Dan agar hasil panen mereka tidak diminta oleh orang-orang miskin tersebut.
Ketika mereka melihat kebun mereka, yang tadinya mereka yakini akan di panen, yang mereka sudah membayangkan betapa bahagianya mendapatkan hasil panen yang berlimpah, mereka tidak mau hasil tersebut diminta oleh orang miskin Karena takut berkurang.
Saat ini apa yang terjadi, yang mereka saksikan bukan hasil yang melimpah, melainkan musnah dan sirna. Yang mereka dapati adalah kebun yang hangus/hancur.
Sahabat Qur’an, bisa kita bayangkan betapa kecewanya para pemilik kebun tersebut. Melihat kenyataan tidak seperti yang diharapkan.
Namun dibalik kekecewaan tersebut ada hal yang menarik untuk kita jadikan mau'izhah. Umumnya  dalam menghadapi persoalan seperti itu, orang larut dengan kekecewaan, dan tidak jarang orang mencari-cari penyebab, sambil mengalamatkan kesalahan kepada orang lain atau dengan kata lain mencari kambing hitam. Namun berbeda dengan para pemilik kebun tersebut, mereka dengan cepat berkata, Sesungguhnya kita adalah orang-orang yang sesat.
Melihat hasil tidak seperti yang diharapkan, dan dengan rasa kecewa tersebut mereka menyadari bahwa semua yang terjadi ini disebabkan karena mereka telah salah dan sesat.
Kesalahan mereka yang pertama adalah memastikan bahwa besok akan panen, tanpa menyertakan Allah didalamnya.
Kedua, mereka sudah membayangkan hasil yang belum didapat, dan takut hasil tersebut berkurang karena diminta orang miskin.
Ini namanya bakhil jiddan (pelit banget). Karena secara umum biasanya orang pelit Ketika hasil sudah ditangan. Namun mereka belum panen saja sudah pelit, Bagaimana kalau sudah panen.
Kesalahan inilah barang kali yang membuat mereka menyebut dirinya dengan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang sesat.
قَالَ أَوْسَطُهُمْ أَلَمْ أَقُلْ لَكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُونَ * 
Berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka: “Bukankah aku telah mengatakan kepada kalian, hendaklah kalian bertasbih (kepada Tuhanmu) ~ QS 68 – Al Qalam ayat 28 ~
Dari ayat ini dapat kita fahami bahwa kesalahan para pemilik kebun tersebut sudah diperingatkan sebelumnya oleh Awsathuhum (orang yang bijak diantara mereka). Namun mereka para pemilik kebun tidak mendengarkan peringatan tersebut. Dan hasilnya jadilah seperti yang mereka lihat.
Di saat seseorang mendapatkan ujian dan cobaan. di saat seseorang dalam kesulitan dan kesusahan, di saat seseorang bangkrut, secara psikologis mereka membutuhkan orang lain yang bisa paling tidak bersimpati terhadap apa yang mereka hadapi.
Namun di sisi lain, biasanya di masyarakat materialistis di mana ada kebahagiaan di sana banyak teman dan kawan. Di mana ada kekayaan di sana banyak sahabat.
Dalam pepatah kita mengetahui adanya ungkapan ‘Teman tertawa mudah didapat, teman menangis susah dicari’.
Itulah barangkali rahasia dari kata Awsathuhum dalam ayat diatas, yaitu orang yang bijak, orang yang tulus dan tidak pamrih, orang yang peduli.
Mereka menolong bukan karena diminta, tetapi karena mereka tahu bahwa orang lain membutuhkan pertolongan.
Mereka menasehati bukan karena diundang, tetapi mampu membaca moment yang tepat.
Mereka adalah orang yang tulus, mereka adalah orang yang ikhlas, mereka adalah orang yang mengerti keadaan dan peduli, mereka adalah orang yang ingin mencari kebahagiaan dengan membahagiakan orang lain.
Allah tidak menyebutkan nama mereka, Namun Allah mengedepankan sifat mereka, yaitu Awsath. Awsath secara bahasa adalah orang yang paling objektif, orang yang lebih bijak, orang yang berada di titik tengah.
Cerita ini mengingatkan kita akan sosok seorang tukang kayu bakar dalam surat yasin, yaitu habib an-Najjar.
Mudah-mudahan kita semua termasuk dalam kategori kedua orang ini, yaitu habib An Najjar dan Awsath.
Mereka berdua adalah orang yang meneladani akhlaq Allah yakni memberi sebelum diminta.
Bersambung ke ayat 29 – 33, in syaa Allah.

Selamat pagi dan selamat berakhir pekan.

KISAH SYA’BAN RA - MENYESAL SAAT SAKARATUL MAUT

KISAH SYA’BAN RA - MENYESAL SAAT SAKARATUL MAUT

Alkisah seorang sahabat bernama Sya’ban RA. Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan sahabat – sahabat yang lain. 
Ada suatu kebiasaan unik dari beliau yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah dimulai dia selalu beritikaf di pojok depan masjid. Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah senderan atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.
Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam, bahwa Sya’ban RA selalu berada di posisi tersebut termasuk saat sholat berjamaah.
Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya seperti biasa. Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun bertanya kepada jemaah yang hadir apakah ada yang melihat Sya’ban RA. Namun tak seorangpun jemaah yang melihat Sya’ban RA.
Sholat subuhpun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA. Namun yang ditunggu belum juga datang. Khawatir sholat subuh kesiangan, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah.
Selesai sholat subuh, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya apa ada yang mengetahui kabar dari Sya’ban RA. Namun tak ada seorangpun yang menjawab. Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya lagi apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban RA. 
Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban RA. RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban RA meminta diantarkan ke rumah Sya’ban RA.
Perjalanan dengan jalan kaki cukup lama ditempuh oleh Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam dan rombongan sebelum sampai ke rumah yang dimaksud. Rombongan Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan).
Sampai di depan rumah tersebut beliau Shallallahu `alaihi Wa Sallam mengucapkan salam. Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut.
“Benarkah ini rumah Sya’ban RA?” Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya. 
“Ya benar, saya istrinya” jawab wanita tersebut.
“Bolehkah kami menemui Sya’ban RA, yang tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid?” .
Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA menjawab: “Beliau telah meninggal tadi pagi” 
Innalillahi wa inna ‘ilaihi roj’iun… Subhanallah, satu – satunya penyebab dia tidak solat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya….
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban bertanya kepada Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam “Ya Rasul ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua, yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing – masing teriakan disertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”. 
“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam. 
Di masing – masing teriakannya dia berucap kalimat
“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”
“ Aduuuh kenapa tidak yang baru……. “
“ Aduuuh kenapa tidak semua……”
Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun melantukan ayat yang terdapat dalam surat 50 - Qaaf  ayat 22 yang artinya: Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam
Saat Sya’ban RA dalam keadaan sakratul maut… perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
Apa yang dilihat oleh Sya’ban RA (dan orang yang sakratul maut) tidak bisa disaksikan oleh yang lain. Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban RA melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke Masjid untuk sholat berjamaah lima waktu. Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah – langkah nya ke Masjid. Dia melihat seperti apa bentuk sorga ganjarannya.
Saat melihat itu dia berucap: “Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”
Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban RA, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan sorga yang didapatkan lebih indah.
Dalam penggalan berikutnya Sya’ban RA melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Saat ia membuka pintu berhembuslah angin dinginyang menusuk tulang. Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Jadi dia memakai dua buah baju. 
Sya’ban RA sengaja memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar. Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar, sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan solat dengan baju yang lebih bagus.
Dalam perjalanan ke tengah masjid dia menemukan seseorang yang terbaring kedinginan dalam kondisi yang mengenaskan. Sya’ban RA pun iba, lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama – sama ke masjid melakukan sholat berjamaah. Orang itupun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah. 
Sya’ban RA pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.
Kemudian dia berteriak lagi: “Aduuuh kenapa tidak yang baru……. “
Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban RA. Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.
Berikutnya Sya’ban RA melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Bagi yang pernah ke tanah suci sudah tentu mengetahui sebesar apa ukuran roti arab (sekitar 3 kali ukuran rata-rata roti Indonesia)
Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal tersebut, Sya’ban RA merasa iba. Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua. Kemudian mereka makan bersama – sama roti itu yang sebelumnya dicelupkan susu, dengan porsi yang sama… 
Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan surga yang indah. Demi melihat itu diapun berteriak lagi: “Aduuuh kenapa tidak semua……”
Sya’ban RA kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat surga yang lebih indah. Masya Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatannya, tapi menyesali mengapa tidak optimal. 
Sesungguhnya semua kita nanti pada saat sakratul maut akan menyesal tentu dengan kadar yang berbeda, bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas konsekwensi dari semua perbuatannya di dunia.
Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah. Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat diakhirkan
Sering sekali kita mendengar ungkapan–ungkapan berikut :
Sholat Isya berjamaah pahalanya sama dengan sholat separuh malam
Sholat Subuh berjamaah pahalanya sama dengan sholat sepanjang malam
Dua rakaat sebelum Shubuh lebih baik dari pada dunia dan isinya
Namun lihatlah Masjid tetap saja lengang dan terasa longgar. Seolah kita tidak percaya kepada janji Allah Subhanahu wa Ta'ala. 
Mengapa demikian? 
Karena apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta'ala itu tidak terlihat oleh mata kita pada situasi normal. Mata kita tertutupi oleh suatu hijab.
Karena tidak terlihat, maka yang berperan adalah iman dan keyakinan bahwa janji Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak pernah meleset.
Allah Subhanahu wa Ta'ala akan membuka hijab itu pada saatnya. Saat ketika nafas sudah sampai di tenggorokan….
Sya’ban RA telah menginspirasi kita bagaimana seharusnya menyikapi janji Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut. Namun ternyata dia tetap menyesal sebagaimana halnya kitapun juga akan menyesal.Namun penyesalannya bukanlah sia – sia. 
Penyesalannya karena tidak melakukan kebaikan dengan optimal. Mudah-mudahan kisah singkat ini bermanfaat bagi kita semua dalam mengarungi sisa waktu yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepada kita.
Dan mari kita berdo’a semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi kita kekuatan untuk melakukan sebaik, bahkan lebih baik dari pada apa yang dilakukan oleh Sya’ban RA …

Aamiin ya Rabbal’aalamiin