Friday, August 28, 2015

ASBABUN NUZUL KE - 47 - TURUNNYA SURAH 4 – AN NISAA AYAT 58

ASBABUN NUZUL KE - 47
TURUNNYA SURAH 4  – AN NISAA AYAT 58
Kisah Utsman ibn Thalhah RA. - Menunaikan Amanat kepada akhlinya.

Thalhah adalah orang dari Bani Abdi Dar yang ditugasi memelihara Ka'bah dan secara otomatis dia juga sebagai perawat berhala-berhala untuk mendapat imbalan dari pemiliknya. 
Begitu Muhammad mendakwahkan Islam yang menyuruh meninggalkan penyembahan kepada berhala, dirasakannya ini sebagai ancaman akan hilangnya hadiah baginya. Karena itu dia sangat membenci Muhammad dan ikut menyiksa pengikutnya.
Pada masa perang Uhud, dia mengajak duel pemimpin kaum Muslim yang diwakili Ali ibn Abi Thalib. Dalam duel dirinya terbunuh dengan pedang Ali. Begitu pula ketiga anaknya mati terbunuh dalam perang itu, kecuali Utsman ibn Thalhah yang sedang dipercaya memelihara Ka'bah menggantikan ayahnya.
Suatu hari berkumpulah Utsman ibn Thalhah, Amr ibn Al-Ash dan Khalid ibn Walid didepan Ka'bah. Mereka berdiskusi tentang berhala-berhala yang mereka sembah, ternyata tidak berdaya membantu mereka dalam perang. Ketiganya juga kagum akan ajaran dan kepemimpinan Muhammad.  
Allah berkehendak memberi hidayah kepada mereka, sehingga ketiganya diam-diam meninggalkan Mekkah menuju Madinah. Di Madinah Rosulullah, berkata kepada para sahabatnya : "Mekkah telah melemparkan tiga jantungnya kepada kalian". Tentu saja siapa yang tidak kenal Khalid ibn Walid, seorang akhli perang dan kelak Rasulullah menjulukinya sebagai 'Syaifullah - Pedang Allah'.
Kesempatan pulang untuk memeluk Mekkah semakin dekat...
Rasulullah membentuk pasukan untuk menyerang Mekkah dari berbagai arah. Akhirnya Mekkah telah dikuasai tanpa perlawanan yang berarti. Rasulullah setelah bertawaf lalu menghancurkan berhala-berhala didalam Ka'bah dan mendudukan siapa-siapa orang yang harus bertanggung jawab memelihara Ka'bah, mengurus administrasi Mekkah, hukum, menjamu para jemaah haji yang datang ke Mekkah dan memimpin mereka.
Salah seorang sahabat berkata, agar semua itu diserahkan saja kepada Bani Hasyim (Bani asal Rasulullah). Rasulullah tidak setuju jika hanya dikuasai satu Bani dan Allah menjawab masalah itu dengan turunnya ayat : 
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, yaitu akhlinya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” ~ QS 4 -  An-Nisāa' :58 ~
Akhirnya kunci Ka'bah diserahkan kembali kepada Utsman ibn Thalhah dan Usman sendiri menyerahkannya kembali kepada  saudaranya, sedangkan dia ikut kembali ke Mekkah.
Hari itu babak baru sejarah Umat Islam di Mekkah, semua penduduk menyatakan keislamannya dan mengembalikan hak-hak saudaranya yang mau kembali menetap di Mekkah
Sebagai rasa syukur, Ka'b ibn Malik langsung mensedekahkan hartanya ke Fakir Miskin.
Bekasi, 15 Agustus 2015
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penerbit: Zaman
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema : An Nisaa Ayat 58 – Kisah Utsman ibn Thalhah RA. – Menunaikan amanat kepada akhlinya.

Thursday, August 27, 2015

MUSLIM TAPI TIDAK ISLAMI

MUSLIM TAPI TIDAK ISLAMI


Ini menarik, dan bisa utk bahan berdiskusi, tapi lepaskan soal perbedaan, krn apapun keyakinan seseorg jika habits ikut jadilah berikut ini :
Copas dari group sebelah : 
"Renungan untuk yang selalu menganggap dirinya sebagai Muslim."
SYAIKH Muhamad Abduh, ulama besar dari Mesir pernah geram terhadap dunia Barat yang mengganggap Islam kuno dan terbelakang. Kepada Renan, filsuf Perancis, Abduh dengan lantang menjelaskan bahwa agama Islam itu hebat, cinta ilmu, mendukung kemajuan dan lain sebagainya. Dengan ringan Renan, yang juga pengamat dunia Timur Tengah mengatakan (kira-kira begini katanya), “Saya tahu persis kehebatan semua nilai Islam dalam Al-Quran. Tapi tolong tunjukan satu komunitas Muslim di dunia yang bisa menggambarkan kehebatan ajaran Islam”. Dan Abduh pun terdiam. 
Satu abad kemudian beberapa peneliti dari George Washington University ingin membuktikan tantangan Renan. Mereka menyusun lebih dari seratus nilai-nilai luhur Islam, seperti kejujuran (shiddiq), amanah, keadilan, kebersihan, ketepatan waktu, empati, toleransi, dan sederet ajaran Al-Quran serta akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Berbekal sederet indikator yang mereka sebut sebagai Islamicity Index mereka datang ke lebih dari 200 negara untuk mengukur seberapa islami negara-negara tersebut. Hasilnya? Selandia Baru dinobatkan sebagai negara paling Islami. Indonesia? Harus puas di urutan ke 140. Nasibnya tak jauh dengan negara-negara Islam lainnya yang kebanyakan bertengger di rangking 100-200.
Apa itu islam? Bagaimana sebuah negara atau seseorang dikategorikan islami? Kebanyakan ayat dan hadis menjelaskan Islam dengan menunjukkan indikasi-indikasinya, bukan definisi. Misalnya hadis yang menjelaskan bahwa “Seorang Muslim adalah orang yang di sekitarnya selamat dari tangan dan lisannya” itu indikator. Atau hadis yang berbunyi, “Keutamaan Islam seseorang adalah yang meninggalkan yang tak bermanfaat”. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hormati tetangga ... Hormati tamu ... Bicara yang baik atau diam”.
Jika kita koleksi sejumlah hadis yang menjelaskan tentang islam dan iman, maka kita akan menemukan ratusan indikator keislaman seseorang yang bisa juga diterapkan pada sebuah kota bahkan negara.
Dengan indikator-indikator di atas tak heran ketika Muhamamd Abduh melawat ke Perancis akhirnya dia berkomentar, “Saya tidak melihat Muslim di sini, tapi merasakan (nilai-nilai) Islam, sebaliknya di Mesir saya melihat begitu banyak Muslim, tapi hampir tak melihat Islam”.
Pengalaman serupa dirasakan Professor Afif Muhammad ketika berkesempatan ke Kanada yang merupakan negara paling islami no 5. Beliau heran melihat penduduk di sana yang tak pernah mengunci pintu rumahnya. Saat salah seorang penduduk ditanya tentang hal ini, mereka malah balik bertanya, “mengapa harus dikunci?” Di kesempatan lain, masih di Kanada, seorang pimpinan ormas Islam besar pernah ketinggalan kamera di halte bis. Setelah beberapa jam kembali ke tempat itu, kamera masih tersimpan dengan posisi yang tak berubah.
Sungguh ironis jika kita bandingkan dengan keadaan di negeri muslim yang sendal jepit saja bisa hilang di rumah Allah yang Maha Melihat. Padahal jelas-jelas kata “iman” sama akar katanya dengan aman. Artinya, jika semua penduduk beriman, seharusnya bisa memberi rasa aman. Penduduk Kanada menemukan rasa aman padahal (mungkin) tanpa iman. Tetapi kita merasa tidak aman di tengah orang-orang yang (mengaku) beriman. 
Seorang teman bercerita, di Jerman, seorang ibu marah kepada seorang Indonesia yang menyebrang saat lampu penyebrangan masih merah. “Saya mendidik anak saya bertahun-tahun untuk taat aturan, hari ini Anda menghancurkannya. Anak saya ini melihat Anda melanggar aturan, dan saya khawatir dia akan meniru Anda”. Sangat kontras dengan sebuah video di Youtube yang menayangkan seorang bapak-bapak di Jakarta dengan pakaian jubah dan sorban naik motor tanpa helm. Ketika ditangkap polisi karena melanggar, si Bapak tersebut malah marah dengan menyebut-nyebut bahwa dirinya habib.
Mengapa kontradiksi ini terjadi? Syaikh Basuni ulama Kalimantan pernah berkirim surat kepada Muhamamd Rashid Ridha ulama terkemuka dari Mesir. Suratnya berisi pertanyaan: “Limadza taakhara muslimuuna wataqaddama ghairuhum?”, mengapa muslim terbelakang dan umat yang lain maju? Surat itu dijawab panjang lebar dan dijadikan satu buku dengan judul yang dikutip dari pertanyaan itu. Inti dari jawaban Rasyid Ridha, Islam mundur karena meninggalkan ajarannya, sementara Barat maju karena meninggalkan ajarannya. 
Umat Islam terbelakang karena meninggalkan ajaran iqra (membaca) dan cinta ilmu. Tidak aneh dengan situasi seperti itu, Indonesia saat ini menempati urutan ke-111 dalam hal tradisi membaca. Muslim juga meninggalkan budaya disiplin dan amanah, sehingga tak heran negara-begara Muslim terpuruk di kategori low trust society yang masyarakatnya sulit dipercaya dan sulit mempercayai orang lain alias selalu penuh curiga.
Muslim meninggalkan budaya bersih yang menjadi ajaran Islam, karena itu jangan heran jika kita melihat mobil-mobil mewah di kota-kota besar tiba-tiba melempar sampah ke jalan melalui jendela mobilnya.
Siapa yang salah? Mungkin yang salah yang membuat survey. Seandainya keislaman sebuah negara itu diukur dari jumlah jama’ah hajinya pastilah Indonesia ada di ranking pertama.
Wallahualam bishowab......

*)Aktivis perdamaian dan pegiat di Gerakan Islam Cinta (GIC). Untuk berdiskusi lebih lanjut dengan Irfan silakan hubungi di @G_Islam

Wednesday, August 26, 2015

ASBABUN NUZUL KE - 46 - TURUNNYA SURAH 9 – AT TAUBAH AYAT 49 dan 117 - 118

ASBABUN NUZUL KE - 46
TURUNNYA SURAH 9  – AT TAUBAH AYAT 49 dan 117 - 118
Kisah Tiga Orang yang tidak ikut berperang

Pada tahun ke 8 hijrah musim panas di Madinah sungguh panjang. Terik matahari hampir memanggang padang pasir dan bebatuan hingga nampak mengepul. 

Saat itu sebagian penduduk Madinah sedang bersiap-siap menghadapi musim panen perkebunan terutama kurma, sebelum datangnya hujan yang dapat merusak buah yang sudah ranum.
Pada saat yang sama dikabarkan bahwa pasukan Romawi bersama beberapa kabilah Arab sedang menyiapkan diri di Tabuk, untuk menyerang kaum Muslim.
Rasulullah segera menyerukan kaum Muslim untuk berjihad kembali.
Disisi lain kaum munafik bergerilya menghasut kaum muslim yang masih lemah imannya agar mengurungkan niatnya untuk berjihad karena cuaca yang sangat panas, harus menempuh perjalanan yang jauh dan musim panen akan segera tiba.
Sungguh kondisi seperti ini merupakan situasi yang sulit bagi Rasulullah untuk mengajak kaum Muslim berjihad, selain memiliki iman yang kuat.
Orang-orang kaya Madinah bergotong royong menyumbangkan harta, senjata, perbekalan dan hewan tunggangan untuk menempuh perjalanan sekitar 700 km. Namun semuanya belumlah mencukupi, terutama jumlah hewan tunggangan.
Dengan kekurangan hewan tunggangan inilah menyebabkan banyak pasukan Muslim terpaksa tidak bisa menyertai Rasulullah dalam perang yang berat ini. 
Salah seorang kaum munafik yang bernama Jadd ibn Qays menolak berperang dengan menggunakan alasan klasik yaitu takut terjerumus fitnah yaitu takut terpikat wanita Romawi.
Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan ayat atas penolakan perang ini :
وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ ائْذَنْ لِي وَلَا تَفْتِنِّي ۚ أَلَا فِي الْفِتْنَةِ سَقَطُوا ۗ وَإِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيطَةٌ بِالْكَافِرِينَ
"Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya izin (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir". ~ QS 9 -  At-Taubaħ : 49 ~
Ditengah situasi yang sulit ini, Rasulullah berhasil menghimpun sejumlah besar kaum Muslim, namun ada yang mengherankan, yaitu tidak ikut sertanya beberapa orang Muslim langganan berjihad, yaitu Abu Khaytsamah, Ka'b ibn Malik, Hilal ibn Umayyah dan Mararah ibn Al Rabi.
Mereka tidak ikut berperang dengan alasan yang tidak dibenarkan, yaitu memilih tinggal di Madinah bersama anak isterinya. Namun Abu Khaytsamah segera menyadari kesalahannya dan ia menyusul Rasulullah ke Tabuk.
Perang yang melelahkan telah berakhir..
Setibanya di Madinah, Rasulullah pergi ke masjid mendirikan sholat dan bersujud mengucapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan kepada kaum yang beriman. Lalu beliau berbicara dihadapan kaum muslim mengemukakan murka Allah bagi mereka yang tidak ikut berperang dengan alasan yang tidak dibenarkan.
Rasulullah memerintahkan untuk mengucilkan mereka. Tidak boleh berbicara dan bergaul dengan mereka. Bahkan Rasulullah memerintahkan mereka bertiga untuk tidak menggauli istri-istrinya sampai Allah memberi ketetapan atas perkara mereka.
Ketiga muslim yang mangkir berperang itu menyadari kesalahannya. Setiap hari mereka bertobat mohon ampun kepada Allah dan menangis menyesali dosa-dosanya.
Ketiganya tidak tergiur tawaran dari penguasa Ghassan yang mengajaknya bergabung jika mereka dikucilkan Muhammad.
Setelah 50 hari pengucilan, Allah Swt menurunkan ayat untuk RasulNya : 
لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ ۚ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ / وَعَلَى الثَّلَاثَةِ الَّذِينَ خُلِّفُوا حَتَّىٰ إِذَا ضَاقَتْ عَلَيْهِمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ وَضَاقَتْ عَلَيْهِمْ أَنْفُسُهُمْ وَظَنُّوا أَنْ لَا مَلْجَأَ مِنَ اللَّهِ إِلَّا إِلَيْهِ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
[117] "Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.
[118] Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubat) mereka, hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja. Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang". ~ QS 9 - At-Taubaħ : 117-118 ~
Setelah sholat shubuh, seseorang mengumumkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala telah mengampuni ketiga orang yang mangkir dari perang Tabuk itu. Semua umat Islam menyampaikan selamat, memeluk ketiganya dengan penuh cinta dan kasih sayang.
Segera ketiga orang itupun menemui Rasulullah yang menyambutnya dengan ucapan selamat karena Allah Subhanahu wa ta’ala telah mengampuninya. Sebagai rasa syukur, Ka'b ibn Malik langsung mensedekahkan hartanya ke Fakir Miskin.
Bekasi, 14 Agustus 2015
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penerbit: Zaman
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema : At Taubah Ayat 49, 117-118 - KisahTiga Orang yang tidak ikut berperang

Tuesday, August 25, 2015

KISAH BILAL

KISAH BILAL
Kisah Yang Bikin Airmata Menetes!

Semenjak Rasulullah wafat, Bilal menyatakan bahwa dirinya tidak akan mengumandangkan adzan lagi. Ketika Khalifah Abu Bakar memintanya untuk menjadi muadzin kembali, dengan hati pilu nan sendu Bilal berkata: "Biarkan aku hanya menjadi muadzin Rasulullah saja. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi." Abu Bakar pun tak bisa lagi mendesak Bilal untuk kembali mengumandangkan adzan.
Kesedihan sebab ditinggal wafat Rasulullah terus mengendap di hati Bilal. Dan kesedihan itu yang mendorongnya meninggalkan Madinah, dia ikut pasukan Fath Islamy menuju Syam, dan kemudian tinggal di Homs, Syria.
Lama Bilal tak mengunjungi Madinah, sampai pada suatu malam, Rasulullah hadir dalam mimpi Bilal, dan menegurnya: "Ya Bilal, Wa maa hadzal jafa? Hai Bilal, mengapa engkau tak mengunjungiku? Mengapa sampai seperti ini?"
Bilal pun bangun terperanjat, segera dia mempersiapkan perjalanan ke Madinah, untuk ziarah ke makam Rasulullah. Sekian tahun sudah dia meninggalkan Rasulullah.
Setiba di Madinah, Bilal bersedu sedan melepas rasa rindunya pada Rasulullah, pada sang kekasih.
Saat itu, dua pemuda yang telah beranjak dewasa, mendekatinya. Keduanya adalah cucu Rasulullah Hasan dan Husein. Dengan mata sembab oleh tangis, Bilal yang kian beranjak tua memeluk kedua cucu Rasulullah tersebut.
Salah satu dari keduanya berkata kepada Bilal: "Paman, maukah engkau sekali saja mengumandangkan adzan untuk kami? Kami ingin mengenang kakek kami."
Ketika itu, Umar bin Khattab yang telah jadi Khalifah juga sedang melihat pemandangan mengharukan itu, dan beliau juga memohon kepada Bilal
untuk mengumandangkan adzan, meski sekali saja.
Bilal pun memenuhi permintaan itu.
Saat waktu shalat tiba, dia naik pada tempat dahulu biasa dia adzan pada masa Rasulullah masih hidup.
Mulailah dia mengumandangkan adzan.
Saat lafadz Allahu Akbar dikumandangkan olehnya, mendadak seluruh Madinah senyap, segala aktifitas terhenti, semua terkejut, suara yang telah bertahun-tahun hilang, suara yang mengingatkan pada sosok Nan Agung, suara yang begitu dirindukan itu telah kembali.
Ketika Bilal meneriakkan kata Asyhadu an laa ilaha illallah, seluruh isi kota Madinah berlarian ke arah suara itu sambil berteriak, bahkan para gadis dalam pingitan mereka pun keluar.
Dan saat bilal mengumandangkan Asyhadu anna Muhammadan Rasulullah, Madinah pecah oleh tangisan dan ratapan yang sangat memilukan.
Semua menangis, teringat masa-masa indah bersama Rasulullah, Umar bin Khattab yang paling keras tangisnya. Bahkan Bilal sendiri pun tak sanggup meneruskan adzannya, lidahnya tercekat oleh air mata yang berderai. Hari itu Madinah mengenang masa saat masih ada Rasulullah diantara mereka.
Hari itu adalah adzan pertama dan terakhir bagi Bilal setelah Rasulullah wafat. Adzan yang tak bisa dirampungkan.
Subhanallah... kisah diatas ini mampu mencampur adukkan perasaan kita. Mampu membuat kita menitikkan airmata tanda kecintaan kita kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, sebagaimana cinta kita pula kepada ummat Muhammad. Itulah pentingnya ukhuwah...
karena ukhuwah itu merupakan penanda iman kita.

Video: Bilal dan Adzan Terakhirnya http://t.co/8OQVdBuxnU

Sunday, August 23, 2015

PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG ANAK

PRINSIP-PRINSIP DASAR TENTANG ANAK
Oleh :  Ustadz Wijayanto

1. Anak-anakmu bukan pilihanmu,mereka menjadi anak-anakmu, bukan karena keinginan mereka, tetapi karena takdir Allah. Lihat QS.28:68, QS.42:49-50.
2. Karena apa yang Allah takdirkan untukmu, maka itulah amanah yg harus ditunaikan. Lihat QS.8:27-28.
3. Orangtua lah yg ingin memiliki anak dan keinginanmu adalah janjimu kepada Allah. Maka tepatilah janjimu karena akan Allah minta pertanggung-jawabannya. Lihat QS.5:1, QS.17:34, QS.13:19-24.
4. Allah tidak membebanimu melampaui kemampuanmu, maka bersungguh-sungguhlah. Lihat QS.2:233, QS.64:16, QS.3:102, QS.22:78.
5. Allah tidak mewajibkanmu membentuk anak-anakmu mahir dalam segala hal, tetapi Allah mewajibkan membentuk anak-anak yang sholeh/sholehah terbebas dari neraka. Lihat QS.66:6, QS.46:15.
6. Jangan berharap kebaikan dari anak-anakmu, bila tidak mendidik mereka menjadi anak-anak yg sholeh/sholehah. Lihat QS.11:46, QS.19:59.
7. Jangan berharap banyak pada anak-anakmu, bila kamu tidak mendidik mereka sebagaimana mestinya. Lihat QS.17:24.
8. Didiklah anak-anakmu sesuai fitrahnya. Lihat QS.30:30.
9. Janganlah menginginkan anak-anakmu sebagai anak-anak yang sholeh/sholehah sebelum engkau menjadi sholeh lebih dahulu. Lihat QS.61:2, QS.66:6.
10. Janganlah menuntut hakmu dari anak-anakmu, sebelum engkau memberi hak anak-anakmu. Lihat QS.1:5.
11. Janganlah engkau menuntut hakmu dari anak-anakmu, sampai engkau memenuhi hak-hak Allah atasmu. Lihat QS.2:83, QS.4:36, QS.6:151, QS.17:23-24.
12. Berbuat baiklah pada anak-anakmu, bahkan sebelum mereka diciptakan.
13. Janganlah engkau berpikir tentang hasil akhir dari usahamu mendidik, tetapi bersungguh-sungguhlah dalam mendidik. Lihat QS.11:93.
14. Janganlah berhenti mendidik sampai kematian memisahkanmu. Lihat QS.15:99.

Semoga bermanfaat

Saturday, August 22, 2015

ASBABUN NUZUL KE - 43 - TURUNNYA SURAH 30 – AR RUUM AYAT 1 - 5

ASBABUN NUZUL KE - 43
TURUNNYA SURAH 30  – AR RUUM AYAT 1 - 5
Prediksi kemenangan Romawi atas Persia

Pada awal penyebaran Islam, dunia menjadi ajang perseteruan 2 kekuatan adidaya, yaitu :
Persia, penganut tradisi Sasania dan penyembah api dan Romawi, penganut agama Nasrani yang disebut Ahli Kitab karena meyakini Injil, kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Isa As sebagai pedoman.
Keduanya saling kalah & mengalahkan.
Pada tahun 615 M atau 7 tahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah, keduanya berperang dan dimenangkan oleh pasukan Kisra Persia yang bernama Fairuz. Mereka menduduki Damaskus dan Baitul Makdis. Mereka juga mengambil "Salib Suci" simbol Kaum Romawi.
Kekalahan pasukan penganut agama Nasrani ini menjadi cemoohan kaum kafir Quraisy yang menganggap kaum paganisme, penyembah api bisa mengalahkan penganut agama Allah kaum Nasrani. Harapan mereka juga dapat mengalahkan kaum Muslim.
Berita ini tentu saja cukup menyudutkan kaum Muslim. Dalam kekesalannya, Abu Bakar Al Shiddiq bertaruh 10 ekor unta dengan Ubay ibn Khalaf, saudara Umayyah ibn Khalaf, kafir yang membenci Rasulullah bahwa pasukan Romawi dapat mengalahkan kembali pasukan Persia dalam waktu kurang dari 3 tahun.
Allah Subhanahu wa ta’ala tidak membiarkan Rasul dan pengikutnya tersudut. Dia menurunkan wahyu kepada NabiNya : 
الم / غُلِبَتِ الرُّومُ /فِي أَدْنَى الْأَرْضِ وَهُمْ مِنْ بَعْدِ غَلَبِهِمْ سَيَغْلِبُونَ / فِي بِضْعِ سِنِينَ ۗ لِلَّهِ الْأَمْرُ مِنْ قَبْلُ وَمِنْ بَعْدُ ۚ وَيَوْمَئِذٍ يَفْرَحُ الْمُؤْمِنُونَ / بِنَصْرِ اللَّهِ ۚ يَنْصُرُ مَنْ يَشَاءُ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ 
"Alif Laam Miim... Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman. Karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Maha Perkasa lagi Penyayang". ~ QS 30 - Ar-Rūum : 1-5 ~
Usai menerima ayat itu Rasulullah menyuruh Abu Bakar menambah taruhannya menjadi 100 ekor unta dengan memperkirakan waktu kemenangan menjadi 9 tahun.
Waktu terus berjalan, ternyata pasukan Romawi dapat mengalahkan pasukan Persia 7 tahun kemudian.
Abu Bakar kemudian menagih hasil taruhan kepada Ubay ibn Khalaf. Karena Ubay telah meninggal di perang Uhud, Abu Bakar menagih kepada keluarganya.
Rasulullah menyuruh Abu Bakar untuk mensedekahkan hasil taruhan itu.
Inilah satu Mukjijat Al Qur'an yang semestinya disadari kaum kafir Quraisy.
Bekasi, 12 Agustus 2015
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penerbit: Zaman
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema : Al Ruum Ayat 1- 4 - Prediksi kemenangan Romawi atas Persia.

Friday, August 21, 2015

MENJAGA HAK ALLAH, AKAN MENUAI PENJAGAAN ALLAH PULA

MENJAGA HAK ALLAH, AKAN MENUAI PENJAGAAN ALLAH PULA

Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu.
#1 - Yang dimaksud menjaga Allah di sini adalah menjaga batasan-batasan, hak-hak, perintah, dan larangan-larangan Allah. Yaitu seseorang menjaganya dengan melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya, dan tidak melampaui batas dari batasan-Nya (berupa perintah maupun larangan Allah). Orang yang melakukan seperti ini, merekalah yang menjaga diri dari batasan-batasan Allah.
Yang utama untuk dijaga adalah shalat lima waktu yang wajib. Dan yang patut dijaga lagi adalah pendengaran, penglihatan dan lisan dari berbagai keharaman. Begitu pula yang mesti dijaga adalah kemaluan, 
yaitu meletakkannya pada yang halal saja dan bukan melalui jalan haram yaitu zina.
#2 - Barangsiapa menjaga diri dengan melakukan perintah dan menjauhi larangan, maka ia akan mendapatkan dua penjagaan. 
Penjagaan pertama: 
Allah akan menjaga urusan dunianya yaitu ia akan mendapatkan penjagaan diri, anak, keluarga dan harta. 
“Barangsiapa menjaga (hak-hak) Allah, maka Allah akan menjaganya dari berbagai gangguan.” 
“Barangsiapa bertakwa pada Allah, maka Allah akan menjaga dirinya. Barangsiapa lalai dari takwa kepada Allah, maka Allah tidak ambil peduli padanya. Orang itu berarti telah menyia-nyiakan dirinya sendiri. Allah sama sekali tidak butuh padanya.” 
Jika seseorang berbuat maksiat, maka ia juga dapat melihat tingkah laku yang aneh pada keluarganya bahkan pada hewan tunggangannya. 
“Jika aku bermaksiat pada Allah, maka pasti aku akan menemui tingkah laku yang aneh pada budakku bahkan juga pada hewan tungganganku.”
Penjagaan kedua: 
Penjagaan yang lebih dari penjagaan pertama, yaitu Allah akan menjaga agama dan keimanannya. Allah akan menjaga dirinya dari pemikiran rancu yang bisa menyesatkan dan dari berbagai syahwat yang diharamkan.
Semoga dengan menjaga hak-hak Allah, kita semua bisa menuai dua penjagaan ini. Aamiin ya Rabbal’aalamiin
Semoga bermanfaat
Wasallam, Mimuk Bambang Irawan

Wednesday, August 19, 2015

MENCARI RUMAH DI SURGA

MENCARI RUMAH DI SURGA

Salah satu kesempurnaan nikmat yang Allah berikan bagi para penghuni surga, yaitu ketika seorang penghuni surga melangkah kakinya memasuki surga, maka ketika itu pula dia langsung mengetahui di mana letak tempat tinggalnya.
Allah memberikan pengetahuan baginya, sehingga dia tidak akan tersesat atau bertanya-tanya mencari tempat tinggalnya,
Allah berfirman :
وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ , سَيَهْدِيهِمْ وَيُصْلِحُ بَالَهُمْ، وَيُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ عَرَّفَهَا لَهُمْ}
Dan orang-orang yang gugur pada jalan Allah, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan amal mereka, Allah akan memberi petunjuk kepada mereka dan memperbaiki keadaan mereka, dan memasukkan mereka ke dalam surga yang telah diperkenalkan kepada mereka."  ~ QS 47 - Muhammad : 4-6 ~
Al-Imam Abu Al-Fida Asy~Syafi’iy menyebutkan di dalam tafsirnya penafsiran para Imam Mufassirin mengenai ayat tsb, di antaranya :
Mujahid berkata: “Para penghuni surga mengetahui dengan pasti di mana letak rumah dan tempat tinggalnya di tempat yang telah Allah tentukan bagi mereka, mereka tidak tersesat atau salah jalan, seakan-akan mereka sudah tinggal di rumah tsb, sejak mereka diciptakan, mereka tidak bertanya mencari jalan pada siapapun juga”
Muhammad bin Ka’ab berkata: “Para penghuni Surga langsung mengetahui tempat tinggal mereka ketika masuk ke dalam Surga, sama seperti ketika kalian berjalan pulang menuju rumah kalian setelah selesai melaksanakan shalat Jum’at”.
 Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
. إِذَا خَلَصَ الْمُؤْمِنَ ومن َ مِنَ النَّارِ حُبِسُوْا بِقَنْطَرَةٍ بَيْنَ الجَنَّةِ وَ النَّارِ فَيَتَقَاصُّوْنَ مَظَالِمَ كَانَتْ بَيْنَهُمْ فِي الدُّنْيَا حَتَّى إِذَا نُقُّوْا وَ هُذِّبُوْا أُذِنَ لَهُمْ بِدُخُوْلِ الجَنَّةِ فَوَالَّذِي نَفْسِ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَأَحَدُهُمْ بِمَسْكَنِهِ فِي الجَنَّةِ أَدَلُّ مِنْهُ بِمَسْكَنِهِ كَانَ فِي الدُّنْيَا
"Jika orang-orang yang beriman telah selamat dari neraka, mereka ditahan di sebuah jembatan yang terletak di antara surga dan neraka, mereka menyelesaikan urusan-urusan kezhaliman yang pernah terjadi di antara mereka di dunia, hingga apabila mereka telah dibersihkan dan disucikan, maka mereka diizinkan untuk memasuki surga, maka demi Dzat Yang Jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, sungguh seorang penghuni surga itu lebih mengetahui tempat tinggalnya di surga daripada tempat tinggalnya dahulu ketika di dunia." (HR. Bukhori)



Tuesday, August 18, 2015

ASBABUN NUZUL KE - 41 - TURUNNYA SURAH 3 – ALI IMRAN AYAT 181

ASBABUN NUZUL KE - 41
TURUNNYA SURAH 3  – ALI IMRAN AYAT 181
Kisah Abu Bakar Al Shiddiq - Membongkar kebohongan Yahudi.

Kaum Yahudi adalah kaum imigran yang menyebar ke berbagai wilayah setelah mendapat siksaan, keburukan dan kejaran tentara Fir'aun.
Mereka adalah kaum pendusta, bahkan seruan nabi mereka sendiri dibantahnya bahkan berani membunuhnya. 
Mereka bertabiat pembangkang, pandai mengadu domba, tidak ada keimanan sejati dalam dirinya, mereka tidak dapat dipercaya dan tidak pernah memegang teguh janji. 
Begitu pula tabiat kaum Yahudi yang bermukim di Madinah telah mengakar sejak nenek moyangnya.
Rasulullah masih menghargai kaum Yahudi sebagai akhli Kitab umat Nabi Musa As yang beriman kepada Allah.
Dan demi keamanan serta kedamaian di Madinah, maka antara kaum Muslim dengan kaum Yahudi dibuatlah perjanjian untuk hidup berdampingan.
Suatu hari Abu Bakar Al Shiddiq, sahabat Nabi memasuki sebuah pasar yang sangat ramai di Madinah. Tiba-tiba ia dipanggil seseorang yang diketahui adalah Fanhash ibn Azura, seorang Yahudi yang sering membuat masalah dengan orang-orang pasar.
Dia berkata : "Hai Abu Bakar.. kalian mengharamkan riba, tapi mengapa Allah menghalalkan bagi diriNya...".
Abu Bakar terkejut, karena yang dimaksud Fanshah tadi adalah ayat 245, Surah Al Baqarah yang berbunyi : "Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah...... maka Allah akan 'melipatgandakan' pembayaran kepadanya dengan 'lipat ganda yang banyak'."
Suara Fanshah sangat keras dan memancing seorang Yahudi lain, yaitu Kahin Azura menimpali : "Saya setuju dengan ucapan Fanshah.. Mengapa Tuhan kalian meminta-minta pinjaman dan akan membayarnya lebih banyak... kalau begitu Tuhan kalian itu miskin dan melakukan riba..".
Abu Bakar tidak kuasa membendung amarahnya mendengar Allah Subhanahu wa ta’ala dihina seperti itu. Dicengkramnya leher Fanshah kemudian wajahnya ditampar.
Orang-orang Yahudi yang lain tidak ada yang berani membantu Fanshah karena takut kawan-kawan Abu Bakar membalasnya. 
Tidak menerima perlakuan Abu Bakar, Fanshah mengadu kepada Rasulullah bahwa ia ditampar Abu Bakar dan menghujat perdamaian dan jaminan keamanan antara kaum Yahudi dan Muslim. Liciknya dia tidak menceritakan kronologis yang sebenarnya.
Pada saat itu Abu Bakar datang dan menceritakan apa yang dialaminya secara lengkap termasuk penghinaan Fashah kepada Allah. Fashah memotong perkataan Abu Bakar dan berusaha memutar balikkan fakta. Namun Allah mendukung tindakan Abu Bakar dan menyingkapkan dusta serta penghinaan kaum Yahudi melalui wahyuNya : 
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ ۘ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ 
"Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya”. Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar". ~ QS 3 - 'Āli `Imrān : 181 ~
Demikian Al Qur'an menunjukkan mujizatnya dg mengungkap kebusukan2 kaum Yahudi yang semakin hari semakin kelihatan penghianatan, keculasannya yang berpotensi mengancam kedamaian dan persatuan masyarakat Madinah.
Rosulullah beberapa kali megingatkan mereka, namun tidak mau berubah bahkan bersekutu dengan kaum kafir Mekkah dan kaum munafik Madinah, akhirnya semua kaum Yahudi diusir dari Madinah.
Bekasi, 10 Agustus 2015
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penerbit: Zaman
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema : Ali Imran Ayat 181 – Kisah Abu Bakar Al Shiddiq - Membongkar kebohongan Yahudi..

Monday, August 17, 2015

WUDHU

WUDHU

“Barang siapa yang berwudhu dan membaguskan wudhunya, maka akan keluarlah dosa-dosa dari badannya, sampai-sampai ia akan keluar dari bawah kuku-kukunya.” (HR. Muslim dalam Kitab at-Thaharah)
Rasulullah menyuruh umatnya untuk menyempurnakan wudhu, ternyata memang banyak kesalahan berwudhu yang sering kita lakukan karena masih belum memahami makna dan fakta menakjubkan di balik menyempurnakan wudhu.
Prof. Dr. Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater dan sekaligus neurology berkebangsaan Austria, meneliti tentang keharusan wudhu sebelum melakukan sholat, ia menemukan sesuatu yang menakjubkan terhadap wudhu, sehingga menyampaikannya pada hidayah Islam.
Ia mengemukakan sebuah fakta yang sangat mengejutkan bahwa pusat-pusat syaraf yang paling peka dari tubuh manusia ternyata berada di sebelah dahi, tangan, dan kaki. Pusat-pusat syaraf tersebut sangat sensitif terhadap air segar. Dari sini ia menemukan hikmah di balik wudhu yang membasuh pusat-pusat syaraf tersebut.
Pada akhirnya Leopold memeluk agama Islam dan mengganti nama menjadi Baron Omar Rolf Ehrenfels.
Selain itu, ahli syaraf/neurologist pun telah membuktikan dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung syaraf jari-jari tangan dan jari-jari kaki berguna untuk memantapkan konsentrasi pikiran.
Perhatikanlah bahwa anggota tubuh yang wajib dan sunah dibasuh air wudhu merupakan bagian tubuh yang memiliki banyak titik-titik akupuntur. Setelah dihitung-hitung… ternyata terdapat 493 titik reseptor pada anggota wudhu!
Ratusan titik akupunktur tersebut bersifat reseptor terhadap stimulus berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan/urutan ketika melakukan wudhu.
Stimulus tersebut akan dihantarkan melalui meridian ke sel, jaringan, organ dan sistim organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem regulasi yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan homeostasis (keseimbangan). Masyaa Allah... Bayangkan jika kita melakukan hal tersebut setiap hari paling sedikit 5 kali sehari.
Berikut ini beberapa gerakan wudhu yang sering salah kita lakukan, begini cara menyempurnakannya:
#1 - Rangsangan di tangan & kaki
Coba ingat-ingat saat kita membasuh telapak kaki & tangan, apakah sela-sela jari tangan dan kaki sering kita abaikan? 
Kita sering sekadar cuci tangan di bawah pancuran air tanpa menggosok-gosoknya,  padahal ada fakta menarik yang perlu diketahui:
Di antara sela-sela jari tangan dan kaki terdapat masing-masing satu titik istimewa (Ba Sie pada sela-sela jari tangan & Ba Peng pada sela-sela jari kaki). Jadi, keseluruhannya terdapat 16 titik akupunktur. Berdasarkan riset pakar akupunktur, titik-titik tersebut apabila dirangsang dapat menstimulasi bio energi (Chi) guna membangun homeostasis (keseimbangan). Sehingga menghasilkan efek terapi yang memiliki multi indikasi, seperti untuk mengobati migren, sakit gigi, tangan-lengan merah, bengkak dan jari jemari kaku. Subhanallah!
#2 - Membersihkan rongga hidung
Selanjutnya, hal yang sering diabaikan dalam wudhu adalah menghirup air ke dalam hidung. Kita sering kali hanya membasuh hidung, dan tidak menghirup air masuk ke rongga hidung kemudian mengeluarkannya kembali (istinsyaaq).
Penelitian dari Universitas Aleksandria membuktikan bahwa kebanyakan orang yang berwudhu secara kontinyu, maka hidung mereka bersih dan bebas dari debu, bakteri dan mikroba. Lubang hidung merupakan tempat yang rentan dihinggapi mikroba dan virus, tetapi dengan membasuh hidung secara kontinyu dan melakukan istinsyaaq (memasukkan air kedalam hidung kemudian mengeluarkannya ketika berwudhu), maka lubang hidung menjadi bersih dan terbebas dari radang dan bakteri.
#3 - Berkumur-kumur
Yang tak kalah penting adalah kumur-kumur dan bahkan Rasulullah menganjurkan setiap kali akan shalat. Penelitian modern membuktikan bahwa berkumur dapat menjaga mulut dan tenggorokan dari radang dan menjaga gusi dari luka. Berkumur juga dapat menjaga dan membersihkan gigi dengan menghilangkan sisa-sisa makanan yang terdapat di sela-sela gigi setelah makan. 
Manfaat berkumur lainnya yg juga penting adalah menguatkan sebagian otot-otot wajah dan menjaga kesegarannya. Berkumur merupakan latihan penting yang diakui oleh pakar dalam bidang olahraga, karena berkumur jika dilakukan dengan menggerakkan otot-otot wajah dengan baik dapat menjadikan jiwa seseorang tenang.
#4 - Reseptor syaraf telinga
Lain lagi tentang telinga, kita sering kali hanya membasahi telinga, padahal di daun telinga ternyata terkandung banyak sekali titik reseptor syaraf telinga. Maka itu saat menyapu telinga jangan hanya membasuh saja, tapi harus dengan pijatan juga. Ini namanya aurikulopressure alias pijat akupunktur telinga.
Jelas bahwa menyempurnakan wudhu sungguh bermanfaat luar biasa untuk diri kita. Semoga Allah memudahkan kita untuk menyempurnakan wudhu. Aamiin ya Rabbal’aalamiin

Wasallam, Mimuk Bambang Irawan

Sunday, August 16, 2015

ASBABUN NUZUL KE - 40 TURUNNYA SURAH 3 – ALI IMRAN AYAT 100 - 102

ASBABUN NUZUL KE - 40
TURUNNYA SURAH 3  – ALI IMRAN AYAT 100 - 102
Kisah Syas ibn Qays dan Sya'ul - Menyingkap rencana busuk Yahudi

Sebelum Islam datang, kehidupan penduduk Madinah tidak jauh berbeda dengan kehidupan kaum kafir Mekkah yang karam dalam tradisi jahiliah. 
Mereka juga menyembah berhala yang mereka buat, pertikaian antar suku yang turun temurun dan terjadi kesenjangan sosial antara penduduk Madinah dengan kaum Yahudi pelarian yang sekarang mendominasi perekonomian Madinah.
Islam masuk dengan membawa perdamaian, persatuan dan mencintai sesama umat. Rasulullah berhasil mendamaikan pertikaian antara suku Aus dan suku Khazraj. 
Rasulullah tetap mengakui keberadaan kaum Yahudi, karena bagi Islam kaum Yahudi adalah penganut agama Allah yang dibawa Nabi Musa As dengan Taurat sebagai kitab sucinya. Namun sebaliknya dalam pandangan kaum Yahudi, kedatangan Islam ini merupakan ancaman dalam penguasaan ekonomi Madinah. Mereka berpura-pura menyukai Rasulullah dan umat Islam, padahal dalam hati mereka dipenuhi kebencian dan kedengkian. 
Pada suatu senja, beberapa pemuda Aus dan Khazraj sedang duduk bersama, bercanda dan bergembira tidak ada rasa kebencian ataupun permusuhan diantara mereka. 
Ditengah keindahan suasana itu, seorang kakek kurus melintas. Dia adalah Syas ibn Qays, seorang pemuka Yahudi yang sangat membenci Rasulullah, tidak suka melihat suku Aus dan Khazraj bersatu.
Dia juga sering memata-matai aktivitas umat Islam serta berusaha mencari cara untuk mengadu domba.
Syas mengajak seorang pemuda Yahudi bernama Sya'ul untuk menebar kembali permusuhan diantara mereka. 
Mualiah Sya'ul mendekati seorang pemuda suku Aus dan menyanjung keberanian, ketangkasannya dalam mengalahkan musuh. Dia menceritakan kembali kemenangan telak suku Aus atas suku Khazraj serta para pahlawannya yang gagah berani.
Provokasi ini langsung mengena, terbukti seorang suku Khazraj yang tersinggung balik menimpali menceritakan kemenangan sukunya atas suku Aus dan para pahlawannya yang gagah berani. Perdebatan semakin seru dan tanpa sadar kelompok pemuda yang tadi besahabat, bercanda dan bergembira telah terbagi menjadi dua dan saling menantang.
Untunglah perselisihan ini terdengar Rasulullah dan beliau segera menemui mereka. Rasulullah berseru : "Wahai umat Islam.. Umat Allah.. Mengapa kalian terpancing hasutan jahiliah sementara aku berada disisi kalian...??!!. Mengapa kalian kembali ke tradisi jahiliah setelah Allah menyelamatkan kalian dari kekafiran...??!! Mengapa kalian berselisih kembali setelah Allah mempersatukan hati kalian dan atas nikmatnya kalian menjadi saudara...??!!".
Suara Rasulullah yang membahana dan meresap didalam dada semua yang hadir, menyadarkan semuanya telah terperdaya oleh hasutan Syas dan Sya'ul yang begitu Rasulullah datang segera kabur bersembunyi.
Tak lama berselang Allah menurunkan ayat untuk NabiNya : 
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تُطِيعُوا فَرِيقًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ / وَكَيْفَ تَكْفُرُونَ وَأَنْتُمْ تُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ آيَاتُ اللَّهِ وَفِيكُمْ رَسُولُهُ ۗ وَمَنْ يَعْتَصِمْ بِاللَّهِ فَقَدْ هُدِيَ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ / يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman. Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.  Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam". ~ QS 3 'Āli `Imrān :100-102 ~
Allah Subhanahu wa ta’ala menunjukkan salah satu mujizat Al Qur'an dengan menyingkapkan rencana busuk kaum Yahudi dan setelah itu kaum Muslim semakin waspada dalam menyikapi hasutan-hasutan mereka
Bekasi, 9 Agustus 2015
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penerbit: Zaman
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema : Ali Imran Ayat 100-102 - Kisah Syas ibn Qays dan Sya'ul - Menyingkap rencana busuk Yahudi.