Thursday, April 30, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 2 – AL BAQARAH AYAT 217

TURUNNYA SURAH 2 – AL BAQARAH AYAT 217

Kisah Abdullah ibn Jahsy Gubernur Muslim yang pertama contoh seorang pejuang Islam yang berperang di bulan Haram.

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: ‘Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kaum dari agamamu (kepada kekafiran), maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. ~ QS 2 – Al Baqarah : Ayat 217 ~

Abdullah ibn Jahsy adalah cucu Abdul Muthalib kakek Rasulullah, ibunya Umaimah bin Abdul Muthalib, adik dari Abdullah ibn Abdul Muthalib. Abdullah bersahabat dengan Muhammad karena kekerabatan dan memiliki kesamaan senang membicarakan hal yang mempertanyakan penyembahan berhala-berhala.

Suatu hari kota Mekkah diguyur hujan lebat, Ka’bah rusak terendam dan berhala-berhala berjatuhan. Para pemuka kota Mekkah sepakat untuk merenovasi Ka’bah. Pada saat akan meletakkan Hajar Aswad timbul masalah, siapa yang berhak untuk meletakkannya. Akhirnya mereka sepakat untuk meminta pendapat dari orang yang besok pagi paling awal masuk Ka’bah dari pintu Al Shafa.

Ternyata yang paling awal masuk Ka’bah lewat pintu Al Shafa adalah Muhammad ibn Abdullah. Dialah yang diminta pendapat siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad.

Dengan kecerdasan dan kebijaksanaan Muhammad digelarlah sehelai kain, kemudian ia letakkan Hajar Aswad diatasnya. Setelah itu Muhammad minta tiap pemimpin suku untuk memegang setiap ujung kain dan menggotongnya mendekati pojok tempat Hajar Aswad diletakkan, kemudian Muhammad meletakkan Hajar Aswad pada tempatnya.

Ketika Muhammad diutus Allah untuk mengajak manusia menyembah Allah, alangkah gembira hati Abdullah ibn Jahsy. Dia langsung mengakui dan mengimani saudaranya itu sebagai Rasulullah dan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa sebagao Penguasa Alam Semesta. Abdullah beserta ayah ibu dan adik-adiknya mengikuti Rasulullah hijrah ke Madinah.

Di Madinah mereka disambut oleh kaum Anshar yang telah masuk Islam sejak para utusan yang dibaiat Rasulullah di Aqobah kembali ke Madinah.

Ketika Rasulullah membentuk ‘Pasukan Rahasia’, Abdullah ibn Jahsy ditunjuk untuk memimpin 9 orang Muhajirin berangkat ke Mekkah dengan dibekali secarik surat dari Rasulullah dengan pesan: ‘Jika kau telah berjalan selama 2 hari bukalah surat ini dan lihatlah apa yang tertulis didalamnya. Lakukanlah apa yang kuperintahkan dan jangan pernah memaksa sahabat-sahabatmu untuk mengikuti keputusanmu’.

Dengan hati senang karena dirinya dipercaya Rasulullah, Abdullah ibn Jahsy bersama 9 kawannya berangkat secara sembunyi-sembunyi agar tidak terlihat kaum kafir. Ketika sampai di sebuah tempat yang bernama Bahran kira-kira jaraknya 150 km dari Madinah, barulah dia membaca surat yang diberikan Rasulullah yang isinya: ‘Jika kau telah membuka suratku ini, teruskan perjalanan hingga tiba di Nakhlah (yaitu kira-kira 150 km dari Mekkah atau 50 km dari Taif). Setibanya disana carilah kabar mengenai Kaum Quraisy’.

Abdullah memberitahukan pesan Rasulullah, bahwa beliau melarang untuk memaksa siapapun diantara teman-temannya yang tidak mau melanjutkan perjalanan. Namun mereka sepakat untuk melaksanakan perintah Rasulullah dan melanjutkan perjalanan ke kota Nakhlah.

Sesampainya di Nakhlah mereka menyadari bahwa daerah ini merupakan daerah yang berbahaya karena lebih dekat ke Mekkah.

Ketika sedang beristirahat  mereka terlihat para Kafilah Quraisy yang dikawal beberapa orang bersenjata dan menyergapnya. Abdullah tidak merasa gentar dalam pikirannya inilah kesempatan yang tepat untuk membalas dendam kepada orang-orang yang telah menyakiti, menyiksa, mengusir dan merampas rumah serta harta mereka. Tetapi perkara lain menghalangi mereka. Saat itu adalah bulan Rajab, yaitu ‘salah satu bulan yang mengharamkan untuk berperang’. Mereka berpikir, apakah akan terus berperang dengan risiko dicela bangsa Arab lain... ? atau membiarakan balas dendam ini berlalu begitu saja....

Akhirnya mereka memilih berperang....

Perang kecil terjadi dengan kemenangan di pihak Abdullah dan kawan-kawannya. Lalu mereka kembali ke Madinah dengan membawa pampasan perang.

Sesampainya di Madinah terjadi pergunjingan diantara penduduk Madinah, sebagian mencela tindakan Abdullah yang berperang di bulan Haram dan sebagian mendukung Abdullah untuk tetap berperang. Bahkan di kaum kafir Mekkah hal ini dijadikan komoditas untuk menarik simpati suku-suku lain untuk memerangi kaum Muslim yang telah melanggar hukum bangsa Arab, yaitu berperang di salah satu bulan Haram untuk berperang.

Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala berdiri disamping Abdullah ibn Jahsy dan kawan-kawannya, dengan menurunkan ayat kepada RasulNya.

“Yas aluunaka ‘anisy syahril haraami qitaali fiih. Qul qitaalun fiihi kabiir. Wa shaddun ‘an sabiilillahi wa kufrumbihii wal masjidilharaami wa ikhraaju ahlihii minhu akbaru ‘indallaah. Walfitnat akbaru minalqatl. Wa laa yazaaluuna yuqaatiluunakum hattaa yarudduukum ‘an diinikum inistatha’uw. Wa mayyartadid minkum ‘andiinihii fayamut wa huwa kaafirun faulaaika habithat a’maaluhum fiddunyaa wal aakhirah. Wa ulaaika ash haabunnaari hum fiihaa khaaliduun”.

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah: ‘Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar; tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan  kaum dari agamamu (kepada kekafiran), maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. ~ QS 2 – Al Baqarah : Ayat 217 ~

Kata-kata dalam ayat itu menunjukkan kasih sayang Allah kepada Rasulullah saw dan kaum Muslim, terutama kepada Abdullah ibn Jahsy dan kawan-kawannya .

Allah menghendaki bahwa mereka terbebas dari kesalahan.

Pembebasan ini turun dari Allah sebagai penghormatan kepada mereka serta pemuliaan terhadap keberanian dan kepahlawanan mereka. Mereka benar-benar tulus dan ikhlas berjuang di jalan Allah dan demi menegakkan kalimat-kalimatNya.

Ada kejadian menarik pada diri Abdullah ibn Jahsy sebelum perang Uhud. Dia berdo’a agar pada perang itu dihadapkan dengan musuh yang paling kuat yang dapat membunuhnya dan jika ia terbunuh dengan hidung dan telinga putus tetap dalam ridho Allah. Kalimat permohonan itu mungkin terdengar bagi guyonan, tetapi ketahuilah bahwa permohonan itu keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam yang menghendaki kesyahidan di jalan Allah. Allah mendengar do’anya, Abdullah syahid dalam Perang Uhud dan ketika Rasulullah melihat jasad Abdullah ibn Jahsy, telinga dan hidungnya terpapas pedang musuh.

Sosok Abdullah ibn Jahsy ini menjadi contoh tentang keberanian seorang pejuang dan kecintaannya kepada syahadah. Semoga Allah meridhoinya.

Bekasi, 9 Jumadil Akhir 1436 Hijriyah atau 30 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema :  Al Baqarah (2) – Ayat 217 tentang Abdullah ibn Jahsy Gubernur Muslim yang pertama contoh seorang pejuang Islam yang berperang di bulan Haram

Wednesday, April 29, 2015

HIKMAH SAKIT

HIKMAH SAKIT
by: Ustadz Salim A. Fillah


#1 - Sakit itu dzikrullah
Mereka yang m enderitanya akan lebih sering dan syahdu menyebut Asma ALLAH dibanding ketika dalam sehatnya.

#2. Sakit itu istighfar
Dosa-dosa akan mudah teringat, jika datang sakit, sehingga lisan terbimbing untuk mohon ampun.

#3. Sakit itu tauhid
Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibat yang akan terus digetar?

#4. Sakit itu muhasabah
Dia yang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri dalam sepi, menghitung-hitung bekal kembali.

#5. Sakit itu jihad
Dia yang sakit tak boleh menyerah kalah, diwajibkan terus berikhtiar, berjuang demi kesembuhannya.

#6. Bahkan Sakit itu ilmu
Bukankah ketika sakit, dia akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri untuk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit.

#7. Sakit itu nasihat
Yang sakit mengingatkan si sehat untuk jaga diri, yang sehat hibur si sakit agar mau bersabar, ALLAH cinta dan sayang keduanya.

#8. Sakit itu silaturrahim
Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang datang akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah.

#9. Sakit itu gugur dosa
Barang haram tercelup di tubuh dilarutkan di dunia, anggota badan yang sakit dinyerikan dan di cuci-Nya.

#10. Sakit itu mustajab doa
Imam As-Suyuthi keliling kota mencari orang sakit lalu minta didoakan oleh yang sakit.

#11. Sakit itu salah satu keadaan yang menyulitkan syaitan, diajak maksiat tak mampu tak mau, dosa lalu malah disesali kemudian diampuni.

#12. Sakit itu membuat sedikit tertawa dan banyak menangis, satu sikap keinsyafan yang disukai Nabi dan para makhluk langit.

#13. Sakit meningkatkan kualitas ibadah, rukuk-sujud lebih khusyuk, tasbih-istighfar lebih sering, tahiyyat-doa jadi lebih lama.

#14. Sakit itu memperbaiki akhlak, kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan sa-ntun, lembut dan tawadhu.

#15. Dan pada akhirnya sakit membawa kita untuk selalu ingat mati.


Semoga bermanfaat

Tuesday, April 28, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 60 – AL MUMTAHANAH AYAT 6 - 7

TURUNNYA SURAH 60 - AL MUMTAHANAH AYAT 6 - 7

Kisah Ramlah bint Abu Sufyan ra. – Seruan untuk mencintai musuh.

“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi diantara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ~ QS 60 – Al Mumtahanah : Ayat 6 dan 7 ~

Kota Mekkah adalah kota yang dirahmati Allah, disana ada rumah Allah yang setiap hari dikelilingi orang bertawaf, setiap tahun dikunjungi orang berhaji sehingga aktivitas perniagaan di Kota Mekkah maju pesat.

Disana banyak orang-orang kaya raya, salah satunya adalah Abu Sufyan ibn Harb. Dia orang yang sangat membenci Islam dan Bani Hasyim karena mereka yang menampuk kepemimpinan di Mekkah. Abu Sufyan mempunyai seorang anak wanita yang cantik bernama Ramlah. Meskipun ayahnya kaya tidak menjadikan Ramlah wanita yang sombong. Bicaranya tetap lembut, santun, dan murah hati. Ramlah menikah dengan seorang pemuda bernama Ubaidillah ibn Yahsy.

Ketika cahaya Islam mulai memancar di Mekkah, Ubaidillah termasuk diantara orang yang pertama masuk Islam, namun keislamannya dia sembunyikan dihadapan mertuanya Abu Sufyan bahkan di hadapan Ramlah isterinya sendiri.

Suatu hari ketika dia secara diam-diam membaca ayat Al Qur’an, terdengar oleh isterinya dan menanyakannya. Setelah dijelaskan bahwa itu adalah ayat Al Qur’an, hidayah keimanan menyentuh hati Ramlah dan saat itu pula ia menyatakan keislamannya.

Mendengar anaknya masuk Islam, Abu Sufyan sangat marah dan menuduh Ubaidillah yang mempengaruhi Ramlah untuk meninggalkan agama leluhurnya. Mereka dihina, dicaci dan dianiaya sehingga atas petunjuk Rasulullah, keluarga Ubaidillah disuruh hijrah ke Abissinia bersama Muslim lainnya.

Penguasa Abissinia saat itu adalah Raja Najasyi. Meskipun dia beragama Nasrani namun Raja Najasyi melindungi kaum muslim yang berhijrah dan menolak permintaan kaum kafir untuk mengembalikannya.

Ramlah beserta suaminya Ubaidillah hidup bahagia disana hingga keduanya dianugerahi anak perempuan yang bernama Habibah dan Ramlah dipanggil Ummu Habibah.

Pada suatu hari Ramlah bermimpi melihat suaminya Ubaidillah berjalan ke arahnya dengan wajah hitam dan dahi yang terluka.

Ternyata mimpi buruk atas suaminya menjadi kenyataan. Ubaidillah diam-diam menjadi seorang pecandu khomar, sering meninggalkan kewajiban agama dan puncaknya ketika ia mabuk keluarlah kata-kata diluar kesadarannya bahwa dia telah berpindah keyakinan menjadi penganut Nasrani agama Raja Najasyi.

Mendengar pernyataan suaminya itu, dunia seakan-akan telah menyempit. Ia tidak mungkin kembali ke Mekkah menemui ayahnya yang telah mengusirnya. Rumahnya sendiri telah dijual ayahnya dan kini ia merasa sendirian tidak punya lagi tempat berlindung. Didalam kesedihannya ia berharap dan memohon kepada Allah rahmat dan kebaikan bagi dirinya.

Allah mendengar dan mengabulkan permohonan Ramlah. Ubaidillah jatuh sakit dan ditengah deraan penyakitnya ia bersikukuh pada agama barunya, Nasrani. Akhirnya ia mati dalam dekapan keyakinan barunya.

Didalam kesendiriannya, sekarang ia dapat menentukan jalan untuk menghidupi dirinya bersama puterinya dan bertekad untuk kembali ke Mekkah atau mungkin ikut hijrah ke Yatsrib.

Suatu malam didalam tidurnya ia melihat seberkas cahaya memancar dari sebelah kanan dan mendengar suara menyerunya: “Wahai Ummul Mu’minin...”. Ramlah terbangun kaget dan mencoba mengingat kembali suara yang didengarnya: “Wahai Ummul Mu’minin...!!”

Menjelang pagi, terdengar ada yang mengetuk rumahnya. Ketika dia membuka pintu, dihadapannya berdiri Abrahah seorang budak milik Raja Najasyi dengan wajah yang menampakkan keceriaan dan kebahagiaan berkata: “Nyonya..., Nabimu mengutus seseorang kepada raja kami untuk meminangmu. Maka tunjuklah wakil untuk menikahkanmu dengannya”. Terngiang kembali seruan yang terdengar dalam mimpinya: “Wahai Ummul Mu’minin...!!”. Dia akan menjadi isteri Rasulullah....?

Raja Najasyi mengundang sebagian besar kaum Muhajirin yang dipimpin oleh Jafar ibn Abu Thalib dan Khalid ibn Said ke Istananya. Raja berkata kepada mereka dengan wajah yang cerah ceria: “Sesungguhnya Muhammad ibn Abdullah nabi kalian, mengirimkan surat melalui seorang utusan, ia memintaku untuk menikahkannya dengan Ramlah, Ummu Habibah. Ia memberikan mas kawin 400 dirham. Siapakah diantara kalian yang paling layak mewakili Ramlah...?.

Mereka serempak telah menunjuk Khalid ibn Said yang akan mewakilinya. Pernikahan ini disebut Akad Qiran. Raja Najasyi sendiri menghadiahkan perkawinan berupa pakaian, minyak wangi, permadani dan barang-barang lainnya sebagai penghormatan.

Tak lama setelah pernikahan, Rasulullah mengutus orang untuk menjemput Ramlah beserta seluruh Muhajirin untuk hijrah ke Madinah. Ketika bertemu dengan Rasulullah, Ramlah teringat akan hadiah dari Raja Najasyi, ia bertanya kepada Rasulullah: “Apakah boleh dia menerima dan memakai hadiah dari orang Non Muslim...?”.

Rasulullah sendiri belum bisa memutuskan dan menunggu ketetapan Allah. Maka Allah menghibur keduanya dengan menurunkan ayat berikut:

“Laqad kaana lakum fiihim uswatul liman kaana yarjullaaha walyaumal akhir wa mayyatawalla fainnallaaha huwal ghaniyyul hamiid. ‘Asallaahu ayyaj’ala bainakum wa bainalladziina ‘aadaitum minhum mawaddah. Wallaahu ghafuururrahiim”.

“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dengan orang-orang yang kamu musuhi diantara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.  ~ QS 60 – Al Mumtahanah : Ayat 6 dan 7 ~

Demikianlah Allah memperkenankan Ramlah untuk menerima hadiah dari Raja Najasyi.

Ketika terjadi gencatan senjata untuk tidak saling menyerang antara Kaum Muslim dengan Kaum Quraisy, Abu Sufyan datang ke Madinah menjenguk Ramlah dan Rasulullah sekaligus meminta bantuan.

Ketika bertemu dengan Ramlah, bukannya bantuan yang didapat tapi Ramlah meminta ayahnya segera berpindah keyakinan ke agama Islam. Akhirnya Abu Sufyan pulang ke Mekkah dengan tangan hampa.

Demikian Ramlah atau Ummu Habibah hidup berbahagia mendampingi Rasulullah bersama para isteri yang lain, hingga dia wafat dan dimakamkan di Baqi. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada Ramlah Ummu Habibah sesuai derita dan nestapa yang dijalaninya penuh kesabaran hingga Allah menggantikannya dengan menjadi salah seorang isteri Rasulullah.

Bekasi, 5 Jumadil Akhir 1436 Hijriyah atau 26 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda
Thema :  Al Mumtahanah (60) – Ayat 6 dan 7 tentang Ramlah bint Abu Sufyan ra. – Seruan untuk mencintai musuh.

Monday, April 27, 2015

TIDUR ALA RASULULLAH

TIDUR ALA RASULULLAH


"Posisi miring ke kanan, berbaringlah h dengan memiringkan badan sehingga badan bertumpu pada lambung sebelah kanan." (Muttafaq alaih:1470)

"Meletakkan tangan dibawah pipi" (HR- Bukhari:821)

"Terlarang tidur tengkurap" (HR- Abu Dawud:822)

“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710)

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila tidur meletakkan tangan kanannya di bawah pipi kanannya.” (HR. Abu Dawud no. 5045, At Tirmidzi No. 3395, Ibnu Majah No. 3877 dan Ibnu Hibban No. 2350)

“Apabila kalian hendak mendatangi tempat tidur, maka berwudhulah seperti wudhu kalian untuk shalat kemudian berbaringlah ke sisi kanan!”
(HR. Bukhari 247 dan Muslim 2710)

4 Perkara Sebelum Tidur

SEBELUM tidur, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berpesan kepada Aisyah R.A. :

"Ya Aisyah jangan engkau tidur sebelum melakukan 4 perkara, yaitu :
1. Sebelum khatam Al Qur'an
2. Sebelum membuat para Nabi memberimu syafaat di hari akhir
3. Sebelum para muslim meridhoi kamu
4. Sebelum kau laksanakan haji dan umroh"

Bertanya Aisyah : "Ya Rasulullah.. Bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika?"

Rasul tersenyum dan bersabda : 
1.   "Jika engkau akan tidur bacalah : Al Ikhlas tiga kali seakan-akan kau mengkhatamkan Al Qur'an."
2.   "Membaca sholawat untuk ku dan para nabi sebelum aku, maka kami semua akan memberi syafa'at di hari kiamat“. 
3.   "Beristighfarlah untuk para muslimin maka mereka akan meridhoi kamu“.
4.   "Perbanyaklah bertasbih, bertahmid, bertahlil, bertakbir maka seakan - akan kamu telah melaksanakan ibadah haji dan umroh“.
Demikian tidur ala Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

Semoga kita bisa mengikuti yang telah dicontohkan oleh Rasulullah saw agar kita juga mendapatkan keberkahan dalam hidup kita.

Semoga bermanfaat.

Wasallam, Mimuk Bambang Irawan
Bekasi, 27 April 2015

Sunday, April 26, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 58 – AL MUJAADILAH AYAT 1 – 4

TURUNNYA SURAH 58 – AL MUJAADILAH AYAT 1 – 4

Kisah Khaulah binti Tsa’labah – Perempuan yang menggugat Rasulullah saw.

[1]“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Mha Mendengar lagi Maha Melihat.
[2]Orang-orang yang men-zihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya) sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
[3]Orang-orang yang men-zihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[4]Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikikanlah supaya kamu beriman kepada Allah dan RasulNya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih”. ~ QS 58 – Al Mujadalah : Ayat 1-4 ~

Khaulah bin Tsa’labah menikah dengan Aus inb Al Shamit yang usianya jauh lebih tua dan semakin tua semakin sensitif.  Suatu hari keduanya bertengkar dan makin lama makin sengit, sehingga saat dibakar amarah Aus mengucapkan kata-kata yang sangat fatal: ‘Wahai Khaulah engkau bagiku seperti punggung ibumu’.

Dalam adat jahiliyah kata-kata menyamakan isteri dengan ibunya itu sangat fatal, artinya suami telah ‘men-zihar/mentalak’ isterinya. Diantara keduanya telah terjadi perceraian.

Aus ngotot bahwa sekarang keduanya sudah hidup bukan dijaman jahiliyah lagi, sehingga hukum itu sudah tidak berlaku, sebaliknya Khaulah berpendirian hukum itu tetap masih berlaku.

Khaulah akhirnya mengadu kepada Rasulullah dan beliaupun membenarkan kata-kata Khaulah bahwa keduanya sudah bercerai dan menyuruh Khaulah menjauhi Aus suaminya.

Khaulah bingung karena Aus yang sudah tua sangat membutuhkan dirinya. Tiba-tiba dalam diri Khaulah ada dorongan untuk menghadap ke langit seraya berdo’a: “Ya Allah kepadaMu aku mengadu atas cobaan ini. Aku sulit meninggalkan seseorang yang membutuhkanku dan kembalikanlah kebahagiaan kami berdua”.

Allah mendengar do’anya dan seketika itu pula Allah mewahyukanj ayat kepada Rasulullah:

“Qad sami’allaahu qaulallatii tujaadiluka fii zaujihaa wa tasytakii ilallaa. Wallaahu yasma’u tahaawurakumaa. Innallaaha samii’um bashiir. Alladziina yudhaahiruuna minkum min nisaa ihim maahunna ummahaatihim. In ummahaatuhum illallaa ii waladnahum. Wa innahum layaquuluuna munkaram minal qauli wazuuraa. Wa innallaaha la’afuwwun ghafuur. Walladziina yudhaahiruuna min nisaa ihim tsumma ya’uuduuna limaaqaaluu fatahriiru raqabatim min qabli ayyatamaassaa. Dzaalikum tuu’adhuunabih. Wallaahu bimaa ta’maluuna khabiir. Famallam yajid fashiyaamu syahraini mutataa bi’aini min qabli ayyatamaassaa. Famallam yastathi’ faith’aamu sittiina miskiina. Dzaalika litu’minuu billaahi wa rasuulih. Wa tilka huduudullaah. Wa lilkaafiriina ‘adzaabun aliim”.

[1]“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Mha Mendengar lagi Maha Melihat.
[2]Orang-orang yang men-zihar isterinya di antara kamu, (menganggap isterinya) sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
[3]Orang-orang yang men-zihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
[4]Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikikanlah supaya kamu beriman kepada Allah dan RasulNya. Dan itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat pedih”. ~ QS 58 – Al Mujadalah : Ayat 1-4 ~

Setelah mendengar ayat-ayat itu senanglah hati Khaulah, namun sayangnya dia tidak memiliki budak, suaminya juga tidak akan mampu berpuasa selama 2 bulan berturut-turut dan karena miskinnya ia tidak mampu memberi makan 60 orang.

Rasulullah akhirnya menyuruhnya men-sedekahkan 1 ‘wasaq’ (setara dengan 150 kg) kurma. Namun Khaulah hanya punya setengahnya dan setengahnya lagi disumbang dari salah seorang sahabat Rasul.

Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta'ala telah membuat landasan syariat atas masalah zihar. Hikmah dari peristiwa ini agar para suami berhati-hati dalam mengucapkan kata-kata talak kepada isterinya.

Bekasi, 29 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 20 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema:  Al Mujadilah (58) – Ayat 1-4 kisah Khaulah binti Tsa’labah – Perempuan yang menggugat Rasulullah saw.

Saturday, April 25, 2015

JANGAN TINGGALKAN SHALAT SUBUH

JANGAN TINGGALKAN SHALAT SUBUH


Allah telah menyediakan bagi mereka yang menjaga ketaatan kepadanya dengan jaminan syurga. Diantara amalan yang mudah dan mampu dilakukan setiap muslim untuk meraih kemuliaan itu adalah dengan menjaga shalat subuh. 

Mengapa shalat shubuh lebih diistimewakan oleh Allah dari shalat-shalat yang lainnya? Inilah rahasinya…!  

#1. SHALAT SHUBUH MENJADI TAMENG DARI NERAKA 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Tidaklah akan masuk neraka orang yang melaksanakan shalat sebelum terbitnya matahari (yaitu shalat shubuh) dan shalat sebelum tenggelamnya matahari (yaitu shalat ashar)." (H.R. Muslim no. 634).

#2. SHALAT SUBUH JAMINAN MASUK SURGA 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda;"Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh dan ashar) maka dia akan masuk surga." (HR Bukhari, 574 - Muslim, 635).

#3. SHALAT SUBUH DAPAT PAHALA SEPERTI SHOLAT SEMALAMAN

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa yang shalat isya' berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya." (HR Muslim. 656).

#4. SHALAT SHUBUH MENDAPAT JAMINAN KESELAMATAN 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :"Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam." (HR Muslim, 163).

#5. BERCAHAYA DI HARI KIAMAT

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : "Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan (Isya' dan Shubuh) menuju Masjid, dengan cahaya yang sangat terang pada hari Kiamat kelak." (HR Ibnu Majah - Tirmidzi) 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Barangsiapa menuju masjid pada waktu pagi hari atau sore hari maka Allah akan memberikan jamuan hidangan baginya di surga pada setiap pagi dan sore.” (HR. Al-Bukhari, 148 dan Muslim, 669).

#6. SHALAT SUBUH LEBIH BAIK DARI DUNIA DAN ISINYA 

Hal ini berdasarkan keutamaan shalat sunnah rawatib yang mengiringi shalat shubuh adalah lebih baik dari dunia dan seisinya, apalagi sholat shubuh yang fardhu, maka lebih utama lagi darinya. 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda "Dua rakaat shalat shubuh itu lebih baik dari dunia beserta isinya." (HR Muslim - Ahmad).

#7. PARA MALAIKAT MENYAKSIKAN 

Allah berfirman: "Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh tu disaksikan (oleh malaikat)." (Al-Isra' 78) 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: "Dan para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat fajar (subuh)." (HR Bukhari, 137 - Muslim. 632)

SubhanAllah..

Inilah keistimewaan yang tersembunyi dibalik shalat shubuh. Sungguh merugilah kita yang telah sengaja meninggalkan serta melalaikannya.


Airport King Abdul Aziz Jedda

Friday, April 24, 2015

ASBABUN NUZUL SURAH 33 – AL AHZAB AYAT 23 - 24

TURUNNYA SURAH 33 – AL AHZAB AYAT 23 - 24

Kisah Anas ibn Al Nadhr ra – Laki-laki yang meyakini janji Allah.

“Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendakiNya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ~ QS 33 – Al Ahzab : Ayat 23-24 ~

Anas ibn Al Nadhr adalah seorang Anshar, sahabat Rasulullah dari Suku Khazraj. Dia dikenal sebagai seorang pemberani, pejuang yang tak gentar menghadapi lawan. Ia bersumpah kepada Allah, untuk selalu menyertai dan melindungi Rasulullah serta menjadi pasukan Muslim yang membela dan mempertahankan agama Islam. Namun saat Perang Badar, ia tidak ikut serta karena sedang berdagang di luar Madinah.

Sehingga dalam Perang Uhud dia mempersiapkan diri dan berperang dengan segenap kekuatan dan kemampuannya untuk melindungi Rasulullah.

Karena kelalaian pasukan Muslim yang tidak menta’ati perintah Rasulullah, maka pihak musuh balik menyerang pasukan Muslim, Rasulullah terluka parah dan dikabarkan gugur. Mendengar kabar itu, sebagian pasukan Muslim sangat terpukul dan berduka, Anas berjuang sekuat tenaga menyeru pasukan Muslim dan mengangkat kembali semangat yang telah mengendur.

Allah berkehendak bahwa Anas harus syahid dalam perang itu dengan delapan puluh luka di tubuhnya, namun dia juga telah menumbangkan banyak musuh.
Dalam kedukaan yang menyelimuti Rasululullah karena banyaknya para syuhada yang gugur pada Perang Uhud, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat:

“Minalmu’miniina rijaalun shadaquu maa ‘aahadullaaha ‘alaih. Faminhum man qadaa nahbahuu wa minhum mayyandhiru wa maa baddaluu tabdiilaa. Liyajziyallaahushshaadiqiina bishidqihim wa yu’adzdzibal munaafiqiina in syaa a auyatuuba ‘alaihim. Innallaaha kaana ghafuurarrahiimaa”.

“Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya), supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendakiNya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ~ QS 33 – Al Ahzab : Ayat 23-24 ~

Untuk mengenang para syuhada di Perang Uhud, Rasulullah memberi wasiat agar setiap Muslim yang datang ke Madinah agar berziarah ke makam para syuhada di Uhud. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala meridhoi Anas ibn Al Nadhr yang telah setia kepada Allah dan RasulNya.

Bekasi, 27 Jumadil Awal 1436 Hijriyah atau 18 Maret 2015.
Edited and posted by: Rika Rakasih
Sumber : Kitab Asbabun Nuzul
Penulis : Fathi Fauzi Abd Al Mu’thi
Disarikan oleh : Idih Ruskanda

Thema : Al Ahzab (33) - Ayat 23-24 tentang Anas ibn Al Nadhr ra – Laki-laki yang meyakini janji Allah

Thursday, April 23, 2015

IKHLAS & TAWADHU

IKHLAS & TAWADHU

Ada dua sahabat yang terpisah cukup lama; Ahmad dan Zaenal. Ahmad ini pintar sekali. Cerdas. Tapi dikisahkan kurang beruntung secara ekonomi. Sedangkan Zaenal adalah sahabat yang biasa-biasa saja. Namun keadaan orang tuanya mendukung karir dan masa depan Zaenal.
Setelah terpisah cukup lama, keduanya bertemu. Bertemu di tempat yang istimewa; di koridor wudhu, koridor toilet sebuah masjid di luar kota.
Adalah Zaenal, sudah menjelma menjadi seorang manager kelas menengah. Necis. Perlente. Tapi tetap menjaga kesalehannya.
Ia punya kebiasaan. Setiap keluar kota, ia sempatkan singgah di masjid di kota yang ia singgahi. Untuk memperbaharui wudhu, dan sujud syukur. Syukur-syukur masih dapat waktu-waktu yang diperbolehkan shalat sunnah, maka ia shalat sunnah juga sebagai tambahan.
Seperti biasa, ia tiba di satu kota. Ia mencari masjid. Ia pinggirin mobilnya, dan bergegas masuk ke masjid yang besar, indah dan mewah yang ia temukan.
Di sanalah ia menemukan Ahmad. Cukup terperangah Zaenal ini. Ia tahu sahabatnya ini meski berasal dari keluarga tak punya, tapi pintarnya minta ampun.
Zaenal tidak menyangka bila berpuluh tahun kemudian ia menemukan Ahmad sebagai merbot masjid!
“Maaf,” katanya menegor sang merbot. “Kamu Ahmad kan? Ahmad kawan SMP saya dulu?”.
Yang ditegor tidak kalah mengenali. Lalu keduanya berpelukan. “Keren sekali Kamu ya Mas… Manteb…”. Zaenal terlihat masih dalam keadaan memakai dasi. Lengan yang digulungnya untuk persiapan wudhu, menyebabkan jam bermerknya terlihat oleh Ahmad. “Ah, biasa saja…”.
Zaenal menaruh iba. Ahmad dilihatnya sedang memegang kain pel. Khas merbot sekali. Celana digulung, dan peci 8 didongakkan sehingga jidat hitamnya terlhat jelas.
“Mad… Ini kartu nama saya…”.
Ahmad melihat. “Manager Area…”. Wuah, bener-bener keren.
“Mad, nanti habis saya shalat, kita ngobrol ya. Maaf, di kantor saya ada pekerjaan yang lebih baik dari sekedar merbot di masjid ini. Maaf…”.
Ahmad tersenyum. Ia mengangguk. “Terima kasih ya… Nanti kita ngobrol. Selesaikan saja dulu shalatnya. Saya pun menyelesaikan pekerjaan bersih-bersih dulu… Silahkan ya. Yang nyaman”.
Sambil wudhu, Zaenal tidak habis pikir. Mengapa Ahmad yang pintar kemudian harus terlempar dari kehidupan normal. Ya, meskipun tidak ada yang salah dengan pekerjaan sebagai merbot, tapi merbot… ah, pikirannya tidak mampu membenarkan. Zaenal menyesalkan kondisi negerinya ini yang tidak berpihak kepada orang-orang yang sebenernya memiliki talenta dan kecerdasan, namun miskin.
Air wudhu membasahi wajahnya…
Sekali lagi Zaenal melewati Ahmad yang sedang bebersih. Andai saja Ahmad mengerjakan pekerjaannya ini di perkantoran, maka sebutannya bukan merbot. Melainkan “cleaning service”.
Tanpa sadar, ada yang shalat di belakang Zaenal. Sama-sama shalat sunnah agaknya. Ya, Zaenal sudah shalat fardhu di masjid sebelumnya. Zaenal sempat melirik. “Barangkali ini kawannya Ahmad…”, gumamnya. Zaenal menyelesaikan doanya secara singkat. Ia ingin segera bicara dengan Ahmad.
“Pak,” tiba-tiba anak muda yang shalat di belakangnya menegur.
“Iya Mas..?”
“Pak, Bapak kenal emangnya sama Haji Ahmad…?”
“Haji Ahmad…?”
“Ya, Haji Ahmad…”
“Haji Ahmad yang mana…?”
“Itu, yang barusan ngobrol sama Bapak…”
“Oh… Ahmad… Iya. Kenal. Kawan saya dulu di SMP. Emangnya udah haji dia?”
“Dari dulu udah haji Pak. Dari sebelumnya bangun ini masjid…”.
Kalimat itu begitu datar. Tapi cukup menampar hatinya Zaenal… Dari dulu sudah haji… Dari sebelumnya bangun masjid ini…
Anak muda ini kemudian menambahkan, “Beliau orang hebat Pak. Tawadhu’. Saya lah yang merbot asli masjid ini. Saya karyawannya beliau. Beliau yang bangun masjid ini Pak. Di atas tanah wakafnya sendiri. Beliau bangun sendiri masjid ini, sebagai masjid transit mereka yang mau shalat. Bapak lihat hotel tingkat tiga di sebelah masjid ini… Itu hotel nya beliau. Tapi beliau lebih suka menghabiskan waktunya di sini. Bahkan salah satu kesukaannya, aneh. Yaitu senangnya menggantikan posisi saya. Karena katanya suara saya bagus, kadang saya disuruh mengaji saja dan adzan…”.
Wuah entahlah apa yang ada dihati dan dipikirannya Zaenal... Bagaimana tawadhu’nya temannya yang hebat itu... Ahmad... Ahmad. Bagaimana aku bisa ketemu dengan kamu sesudah sholat ini, tidak tahu aku, Kemana harus kusembunyikan wajah necisku ...
Orang yang terlihat sederhana dan miskin, belum tentu miskin. Minimal, walaupun tidak kaya harta, dia kaya hati serta kaya dengan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bahagia.. Nikmat itu ada dalam diri kita sendiri..
Insan yang selalu bersyukur atas segala apapun yang terjadi pada dirinya, baik itu kaya, sakit a tdk punya sebagai ujian dan cobaan bagi dirinya , ditambah selalu menebar kasih sayang kepada sesama dalam keadaan apapun...
Dia adalah pemenang kehidupan, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, in syaa Allah akan melimpahkan rahmat-Nya yang penuh barakah kepadanya.
Semoga menjadi inspirasi bagi kita semua
Wasallam, Mimuk Bambang Irawan
Belasi, 23 April 2015